Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Komjen Budi Waseso Sangat Taktis!

6 Mei 2015   17:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14309094501314776148

[caption id="attachment_382220" align="aligncenter" width="520" caption="Kabareskrim Polri Komjen Pol Budi Waseso. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)"][/caption]

Bentuk tubuhnya yang atletis, dengan disertai penampilan yang selalu gagah menunjukkan kepercayaan dirinya yang sangat tinggi, dikenal cerdas dan sangat taktis dalam setiap melakukan pekerjaannya sebagai anggota Polri yang sangat didambakan oleh publik agar senantiasa membela kebenaran keadilan.

Hasil pekerjaannyaselama 5 tahun terakhir trernyata sangat banyak dari yang ringan sampai tergolong kelas kakap. Dialah Komjen Budi Waseso yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen. Ia berkomitmen pada dirinya akan membersihkan jajarannya dari segala praktik penyimpangan.

Bagi Budi Waseso ia tetap berkeyakinan Polri tetap manusia biasa sebagaimana manusia yang lain suatu ketika akan tergoda oleh rayuan iblis untuk melakukan perbuatan pelanggaran hukum. Oleh sebab itu, pembinaan disiplin kepada setiap anggota Polri khususnya para perwiranya merupakan keharusan.

Ia kini dihadapkan suatu pekerjaan besar, yaitu untuk mengembalikan citra Polri yang sudah tergerus oleh ulah segelintir oknum petinggi Polri sehingga apa yang ia kerjakan selama ini sebagai pengabdiannya terhadap negara dan bangsa seolah sirna terhapus oleh hujan sehari.

Jika dipikir sangat terasa menyakitkan, betapa tidak, hampir setiap waktu setiap detik Polri mendapat cacian dan makian berbagai bentuk hujatan datang dari kalangan rakyat biasa sampai atas. Apa yang menjadi kebijakan yang dikeluarkan oleh Polri selalu mendapat penilaian negatif, mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas atas.

Bukan Budi Waseso kalau ia tidak dapat menanggulanginya, dalam menghadapai kritikan pedas yang datang kepada Polri. Prinsip yang ia selalu pakai adalah pertama keyakinan diri, kedua hasil kerja tunjukkan dengan bukti bukan dengan janji. Apa gunanya pemerintah masih mempercayakan kepada dirinya untuk menjabat sebagai Kabareskrim, jika bukan karena prestasi dan pengabdiannya yang sudah ditunjukkan kepada maasyarakat, bangsa dan negara selama ini.

Budi Waseso memang seorang aneh. Dia banyak mendapat kritikan pedas, bahkan ada yang tidak segan-segan memaki bakan cenderung menghinanya, namun bukannya dibalas dengan marah, akan tetapi ia seolah mempersilahkan para hater untuk lebih memberikan serangan yang lebih keras, tujuan BW adalah agar dirinya mengetahui sasaran yang mereka tuju sebenarnya.

Apakah benar-benar sasaran untuk Budi Waseso secara murni, atau untuk kapolri atau sasaran sebenarnya ditujukan untuk mantan atasannya yang kini menjadi wakapolri. Melalui gayanya yang spontanitas dan sangat tenang hanya untuk melihat sampai di mana dukungan masyarakat yang diberikan kepadanya.

Bahkan kritikan, cercaan, dan pernyataan yang datang dari kalangan istana pun ia hanya anggap angin lalu saja. Padahal, sikapnya ini amat membahayakan dirinya. Sebab akan mendapat perhatian langsung dari Presiden. Jika pernyataan yang datang dari Menteri Tedjo, maupun Ketua tim 9 Prof Ma’arif diterima positif oleh Presiden dan langsung memerintahkan kepada kapolri untuk menggantikan dirinya, maka akan tamatlah riwayat Budi Waseso saat itu juga.

Akan tetapi ia sekali lagi tidak memperdulikan ucapan Menteri Tedjo, yang meminta kepada kapolri agar mengevaluasi dirinya selama menjabat sebagai Kabareskrim terkait berbagai macam ketidakharmonisan dalam membangun sinergitas dengan KPK, yang lainnya adalah masalah perlakuannya kepada mantan ketua KPK AS dan BW serta yang tidak kalah menariknya adalah polemik penahanan penyidik KPK Novel Baswedan

Untuk menandingi manuver kalangan istana yang datang seperti air bah, Budi Waseso tetap tenang, melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas kewajibannya sebagai Kabareskrim, tetap waspada, tetapi jangan sampai tertipu yang datang dari kalangan Istana

Dikhawatirkan merupakan tipuan berbahaya yang akan menjerumuskan dirinya, karena merupakan jebakan yang sengaja dipasang oleh orang lingkar dalam, seperti Menteri Tedjo yang sedang mengalami stress berat karena adanya isu hebat tentang resuffle kabinet.

Budi Waseso malah semakin menunjukkan kelasnya seorang jenderal, dalam menghadapi situasi serba menekan dia tetap dapat berprestasi menyelesaikan masalah besar korupsi baik di Bandung merupakan kasus besar yang merugikan keuangan negara sampai ratusan miliar maupun yang ada di SKK Migas yang merugikan keuangan negara sampai berjumlah puluhan triliunan.

Dalam situasi yang serba menekan terhadap institusinya, Kabareskrim mulai mampu bersih-bersih diri, dengan berhasil melakukan penangkapan anggota Direktorat Tindak Pidana Narkotika pada Mei 2015. AKBP PN, yang diduga meminta uang kepada bandar narkotika, sebagai imbalan Rp 5 M untuk menghentikan kasus bandar narkoba.

Siapa sih yang tidak ngiler dan tergoda oleh ajakan iblis untuk berbuat korupsi, seperti halnya Perwira AKBP PN akhirnya terjerumus ke dalam lingkaran besar korupsi suap narkoba sebesar Rp 5 M. Keberhasilan Kabareskrim menangkap perwira polisi nakal dari kalangan internal Kabareskrim menunjukkan bahwa Budi Waseso benar-benar menjalankan sumpah setianya akan membersihkan Polri dari para koruptor.

Jika diurut runtut apa yang sudah dikerjakan oleh Komjen Budi Waseso selama 4 tahun terakhir ini sejak 2010 hingga 2015 ternyata sangat besar jasanya buat pemberantasan korupsi yang sudah menjadi salah satu agenda utama pemerintahan Presiden Jokowi, dalam mengemban amanat nawa cita.

Pertama di tahun 2010 Budi Waseso merupakan orang yang berhasil memimpin penangkapan Susno Duadji pada April 2010 di Bandara Soekarno-Hatta ketika akan pergi ke Singapura. Jika bukan Budi Waseso seorang Perwira Polisi tulen yang antikorupsi tidak akan mungkin sebagai anak buahnya berani menangkap atasannya, kala itu Budi Waseso belum berpangkat Komjen atau jenderal bintang tiga.

Kedua aksi lain tahun 2012, yang pantas diacungi jempol adalah prestasi Budi Waseso ketika menjabat sebagai kapolda Gorontalo. Dia yang telah berpangkat Brigjen Pol tanpa ampun membabat habis kasus-kasus korupsi yang terpendam lama di Polda Gorontalo. Prestasi dan keberaniannya itu membawanya naik jabatan sebagai kapolda Gorontalo. Brigjen Pol pun disandang di pundaknya tahun 2012. Saat itu, dia cukup berani membuka dan menuntaskan kasus korupsi yang sudah lama ‘terparkir’ di Polda Gorontalo.

Ketiga, 2014, aksi kontroversial yang memakan hati. BW menangkap BW yang lain, yaitu Bambang Widjojanto, Wakil Ketua KPK. Peristiwa ini sungguh membawa dia ke alam neraka cacian dan makian yang datang dari masyarakat kalangan bawah dan kelas atas, khususnya para nitizen yang gebyah uyah menyamaratakan perwira tinggi Polri semacam BW sama saja dengan Jenderal Polisi dari BW dan BW yang lain.

Namun sekali lagi apa yang dikerjakannya ada yang mau melihat secara obyektif, tidak lain dari yang Mulia Presiden RI ke-7, tepatnya pada 5 Februari 2015, pangkat di pundaknya pun menjadi jenderal bintang tiga alias Komisaris Jenderal (Komjen). Pangkat bintang tiga ini diraih 2,5 tahun sejak dirinya berpangkat Brigjen. Tuhan tidak tidur, melalui penglihatan yang sangat waskita Presiden Jokowi, menilainya bahwa Budi Waseso adalah perwira tinggi polri yang semangat, jiwa pengabdiannya diidamkan oleh Jokowi.

Keempat, tahun 2015 manuver melalui aksi yang sangat taktis mampu mengungkap Kasus Korupsi Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Bareskrim Mabes Polri melalui pengusutan detail mampu mencium aroma korupsi pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung.

Stadion yang sangat megah mengabiskan dana sekitar Rp 550 Miliar. Sekali lagi Kabareskri dalam waktu dekat akan segera memanggil Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan dan Mantan Walikota Bandung, Dada Rosada yang akan dimintai keterangannya karena diduga terlibat dalam kasus tersebut.

Kelima, masih di tahun 2015, Kabareskrim Budi Waseso melalui Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Brigjen Victor mulai berhasil mengungkap dugaan korupsi penjualan Kondensat yang melibatkan PT TPPI dengan SKK Migas, merugikan keuangan Negara hingga 156 juta USD. Perkara dugaan korupsi dan pencucian uang yang melibatkan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Namun, polisi tengah mendalami peran seorang pejabat SKK Migas berinisial DH dalam kasus itu.

Apakah wacana untuk memutasikan bahkan untuk memecat Komjen Budi Waseso kini semakin deras atau berkurang, bila hanya didasarkan semata kepada informasi yang setengah-setengah tentang Komjen Budi Waseso, masyarakat Indonesia yang pada dasarnya mudah terpengaruhi isu negatif tentu akan menjadikan BW jadi bulan-bulanan kritik, cercaan sampai kepada bully. Akan tetapi bagi kalangan intelektual pasti bisa menghitung dan menempatkan titik berat dengan benar dan tepat sehingga akan diperoleh resultan keseimbangan vektor dalam berwacana.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun