Jokowi pada akhirnya dapat membuktikan kepada rakyat bahwa dirinya adalah figur seorang Presiden yang pada kenyataannya lebih baik jika dibandingkan presiden sebelumnya yang berlatar belakang militer. Untuk mengamalkan asas kerakyatan demokrasi yang dijiwai Pancasila ia tidak memerlukan pencitraan dan manuver-manuver kaki dua atau tangan seribu seperti yang sering dicontohkan oleh presiden sebelumnya yang berkarakter pencitraan yang berasal dari kalangan militer. Alasan paling gampang adalah Jokowi berasal dari kalangan sipil dan terbiasa dengan nilai-nilai kerakyatan. Terbiasa mendengarkan suara rakyat dengan hati dan nuraninya.
Jokowi tidak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya dalam arti otoriter terkait keputusan-keputusaan politiknya dalam menjalankan tatapemerintahannya. Akan tetapi dengan menyemangati dan membangkitkan kesadaran kepada para pembantunya di kabinet untuk bekerja keras sesuai mekanisme dalam konstitusi dan harus selalu dipegangnya secara konsisten. Jika perbedaan pendapat disekitar Jokowi oleh sebagian orang dianggapnya sebagai kekisruhan, akan tetapi pada hakekatnya usaha Jokowi untuk mendorong mereka agar berani mengungkapkan hal yang putih dikatakan putih , berani mengungkapkan kelabu dikatakan kelabu. Tidak pandang apakah hal itu menyangkut keterlibatannya orang penting di negeri ini.
Jokowi mengajari kita mau menerima dengan lapang dada pendapat, kritik, saran, walaupun sangat pahit, semua ditampung dan sangat diperhatikan tidak dibedakan apakah berasal dari rakyat pendukungnya, atau yang datang dari para penentangnya bahkan yang datang dari para hater sekalipun. Jokowi mau meluluskan permintaan mereka dengan senang hati. Jadi sangat jelas bangsa ini sekarang dan kedepan masih sangat membutuhkan kepemimpinan yang jauh dari cara-cara sok memerintah, gaya komando, selalu menonjolkan kekuasaannya atau sering oleh sebagian orang disebut sebagai gaya kepemimpinan militer. Militer jelas terbiasa dengan gaya memerintah dan komando, sedangkan Jokowi samasekali bukan tipe tukang memerintah apalagi dengan gaya otoriiter.
Yang jelas Jokowi seorang demokrat tulen, cerdas dan bijak andap asor wani ngalah luhur wekasane. Kita mengakui, duniapun mengakui bahwa Jokowi memang relatif lebih bijak cerdas taktis dalam berpolitik dibandingkan pendahulunya. Kemampuannya dalam memecahan berbagai masalah selalu berakhir dengan kondisi damai dan adem. Walaupun kita tetap akui bahwa dalam perjalanannya yang sudah setahun lebih sedikit ini telah mengalami sedikit banyak gangguan khususnya yang datang dari orang-orang dalam partai pengusungnya, Gangguan yang datang dari mereka oleh Jokowi tetap dihargai disikapi dengan santun, tetap me-ngayomi, dan menghargai dan tetap waspada paningal. Karena pada hakekatnya setiap kedengkian, kebencian, kemarahan, akan musnah lebur tak bersisa karena kekuatan kesabaran kelembutan dan kebijaksanaan.