Saya masih ingat seorang anak di Flores, tidak bisa membaca sama sekali pada usia 9 tahun. Tapi ia bisa menghafal rute semua jalan di desanya. Ia tahu arah mata angin. Ia tahu kapan musim hujan datang hanya dari bau tanah.
Tapi di kelas? Ia disebut "anak bodoh".
Riset dari Yale University menyatakan bahwa 1 dari 5 anak mengalami disleksia.
CDC menyebut 9,4% anak di dunia mengalami ADHD.
Ini bukan angka kecil. Ini bukan pengecualian. Ini bukan "masalah".
Ini adalah kenyataan.
Dan kenyataan yang menyakitkan adalah: mereka masih dianggap murid tiri.
Di kelas.
Di sekolah.
Di sistem pendidikan kita yang lebih mencintai seragam daripada keberagaman.
Kepada guru-guru yang terhormat:
Jika kau pernah merasa bingung menghadapi anak yang tak kunjung paham meski sudah dijelaskan berulang kali maka ingatlah:
Mereka tidak butuh direndahkan, mereka butuh dipahami.
Kepada orangtua:
Jika anakmu pulang dengan wajah tertunduk, bukan berarti mereka nakal atau malas.
Mungkin... mereka kelelahan jadi "orang asing" di ruang belajarnya sendiri.
Dan kepada anak-anak di pojok kelas sana, yang mungkin tak pernah dipanggil maju:
Aku pernah menjadi kalian.
Aku pernah gagal membaca.
Pernah dimarahi karena lupa duduk diam.
Pernah dianggap beban oleh guru dan sekolah.
Tapi aku bertahan.
Dan hari ini... aku berdiri, tidak hanya sebagai guru. Tapi sebagai saksi hidup bahwa kalian bisa.
Kalian hanya perlu waktu. Kalian hanya perlu cara.
Dan yang paling penting kalian hanya perlu satu orang saja yang percaya.
Jangan biarkan ruang kelas jadi tempat anak-anak kehilangan kepercayaan diri.
Jangan biarkan sistem menyingkirkan mereka yang tidak cocok dengan format.
Karena pendidikan bukan tentang siapa yang paling cepat maju.
Tapi tentang siapa yang tidak kita tinggalkan di belakang.
"Ibu, aku belajar. Serius. Tapi aku tidak bisa membaca seperti mereka. Aku berusaha keras, tapi guruku bilang aku lamban. Aku tidak bodoh, Bu. Aku hanya butuh waktu. Tolong bilang ke mereka, aku juga ingin dipanggil maju, sekali saja."
Hari ini, mari kita panggil mereka.
Bukan untuk ulangan.
Tapi untuk menunjukkan... bahwa mereka juga ada.
Bahwa mereka juga berharga.
Dan mereka juga... berhak bersinar.