Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi pendidikan inklusif, penyintas disleksia-ADHD. Pendiri Homeschooling Rumah Pipit

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Autistik : 7 Hal yang Diam-diam Melelahkan Saat Dewasa

23 Juni 2025   13:01 Diperbarui: 23 Juni 2025   10:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Autistik : 7 Hal yang Diam-Diam Melelahkan Saat Dewasa

Saat kamu melihatku tersenyum di tengah keramaian, duduk di rapat kantor, atau menanggapi candaan teman, mungkin kamu berpikir, "Dia baik-baik saja." Tapi yang tak terlihat adalah badai kecil yang terjadi dalam kepalaku. Aku autistik. Dan menjadi dewasa tak membuat semuanya jadi lebih mudah justru kadang membuatnya makin sunyi dan melelahkan.

Aku ingin kamu tahu ini bukan tentang ingin dikasihani. Ini tentang mengerti. Karena banyak dari kami yang hidup dalam dunia orang dewasa dengan membawa beban yang tak kasat mata. Ada hal-hal yang diam-diam menguras energi kami, bahkan sebelum hari benar-benar dimulai.

Berikut ini tujuh hal yang melelahkan bagi kami, orang autistik, yang sering tak diketahui dunia:

1. Masking: Berpura-pura Jadi Orang Lain

Setiap hari aku memakai "topeng" agar diterima. Aku belajar bagaimana tertawa di waktu yang tepat, menatap mata orang lain meski itu membuatku tidak nyaman, dan menyembunyikan gerakan kecil yang membuatku tenang. Tapi setiap topeng ada harganya. Rasanya seperti kehilangan diriku sendiri sedikit demi sedikit.

2. Overstimulasi: Dunia Terlalu Ramai untukku

Lampu kantor yang terlalu terang. Suara notifikasi yang tak kunjung berhenti. Obrolan tumpang tindih di ruangan rapat. Semua itu bisa membuat otakku kelelahan. Aku tidak bisa menyaring mana yang penting dan mana yang bisa diabaikan. Semuanya masuk sekaligus. Dan itu melelahkan, sungguh melelahkan.

3. Kecemasan Sosial yang Tak Pernah Padam

Setiap percakapan bisa seperti ujian. Aku harus menebak maksud tersirat, membaca ekspresi wajah, dan menyesuaikan intonasi suaraku. Setelahnya, aku akan memutar ulang kejadian itu berkali-kali, khawatir kalau aku melakukan kesalahan. Kelelahan ini tak selalu terlihat, tapi nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun