Aku Autistik : 7 Hal yang Diam-Diam Melelahkan Saat Dewasa
Saat kamu melihatku tersenyum di tengah keramaian, duduk di rapat kantor, atau menanggapi candaan teman, mungkin kamu berpikir, "Dia baik-baik saja." Tapi yang tak terlihat adalah badai kecil yang terjadi dalam kepalaku. Aku autistik. Dan menjadi dewasa tak membuat semuanya jadi lebih mudah justru kadang membuatnya makin sunyi dan melelahkan.
Aku ingin kamu tahu ini bukan tentang ingin dikasihani. Ini tentang mengerti. Karena banyak dari kami yang hidup dalam dunia orang dewasa dengan membawa beban yang tak kasat mata. Ada hal-hal yang diam-diam menguras energi kami, bahkan sebelum hari benar-benar dimulai.
Berikut ini tujuh hal yang melelahkan bagi kami, orang autistik, yang sering tak diketahui dunia:
1. Masking: Berpura-pura Jadi Orang Lain
Setiap hari aku memakai "topeng" agar diterima. Aku belajar bagaimana tertawa di waktu yang tepat, menatap mata orang lain meski itu membuatku tidak nyaman, dan menyembunyikan gerakan kecil yang membuatku tenang. Tapi setiap topeng ada harganya. Rasanya seperti kehilangan diriku sendiri sedikit demi sedikit.
2. Overstimulasi: Dunia Terlalu Ramai untukku
Lampu kantor yang terlalu terang. Suara notifikasi yang tak kunjung berhenti. Obrolan tumpang tindih di ruangan rapat. Semua itu bisa membuat otakku kelelahan. Aku tidak bisa menyaring mana yang penting dan mana yang bisa diabaikan. Semuanya masuk sekaligus. Dan itu melelahkan, sungguh melelahkan.
3. Kecemasan Sosial yang Tak Pernah Padam
Setiap percakapan bisa seperti ujian. Aku harus menebak maksud tersirat, membaca ekspresi wajah, dan menyesuaikan intonasi suaraku. Setelahnya, aku akan memutar ulang kejadian itu berkali-kali, khawatir kalau aku melakukan kesalahan. Kelelahan ini tak selalu terlihat, tapi nyata.