Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi pendidikan inklusif, penyintas disleksia-ADHD. Pendiri Homeschooling Rumah Pipit

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menata Tujuan Hidup bagi kita yang Neurodivergen

10 Mei 2025   09:33 Diperbarui: 10 Mei 2025   05:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna Di Atas Tenggat
Fokus pada why kenapa kamu ingin mencapai itu? Makna akan membimbingmu saat semangat menurun. Viktor Frankl, dalam teorinya Logoterapi, menyebutkan bahwa manusia mampu bertahan dalam penderitaan asalkan ia memiliki makna. Begitu juga dengan kita makna adalah bahan bakar perjalanan.

Rancang Tujuan yang Emosional, Bukan Rasional Saja
Bagi otak neurodivergen, emosi memegang peran penting. Gunakan emotional visioning, bayangkan bagaimana rasanya jika tujuan itu tercapai, dan simpan rasa itu dalam hatimu.

Tulis Ulang Narasi Hidupmu
Jangan terjebak dalam narasi bahwa kamu lambat, kacau, atau gagal hanya karena tidak bisa mengikuti sistem umum. Tulis ulang dengan narasi bahwa kamu kreatif, unik, dan memiliki jalur sendiri yang tak kalah bermakna.

Hari ini, aku berdiri sebagai pendidik untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Aku bukan lagi anak yang merasa tersesat di sekolah. Aku menemukan caraku sendiri menavigasi dunia bukan dengan SMART Goals, tapi dengan Goals yang Selaras dengan Jiwaku. Aku tidak lagi memaksakan diri untuk jadi "normal". Aku memilih untuk jadi "bermakna". Dan kamu juga bisa.

"Jangan ukur hidupmu dengan kecepatan orang lain. Ukurlah dengan seberapa jujur kamu menjalani tujuan yang kamu yakini." --- Imam Setiawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun