Gelaran Presean di Desa Pengonak berlangsung salah satu lahan persawahan warga yang terletak dekat dengan kantor Desa. Lahan tersebut pas untuk dijadikan venue Presean, karena kondisi tanahnya yang kering dan sudah tidak ada lagi ditumbuhi tanaman. Acara tersebut dibanjiri antusias warga baik dari golong anak-anak, pemuda dan orang tua. Masyarakat yang dateng bukan hanya dari warga Desa Pengonak saja melainkan banyak juga dari masyarakat dari luar Desa Pengonak. Para pendatang tersebut ikut andil untuk merasakan ketegangan di tengah arena sebagai Pepadu dan menantang pepadu-pepadu dari Desa Pengonak selaku tuan rumah.
Dengan beragamnya kekuatan yang saling berhadapan membuat suasana Presean kali sangat seru. Selama 4 hari berturut kita menyaksikan pertarungan sengit yang pertontonkan para pepadu yang datang dari berbagai desa. Diantara pepadu itu ada yang dari golongan anak-anak, pemuda, hingga orang tua. Saking semangatnya para pepadu ada juga pepadu muda yang menantang pepadu golongan tua. Tapi dengan perbedaan tersebut tak sedikit pun mengurangi ketegangan dan keseruannya. Karena beberapa pepadu muda juga ada yang membuat pepadu tua kewalahan melawan nya.
Dari hari pertama hingga hari terakhir acara, ketegangan pertarungan antar pepadu presean tersebut diwarnai diiringi oleh kemeriahan dari banyaknya saweran warga yang berjatuhan. Jumlah uang yang dikeluarkan para penyawer juga beragam, mulai dari uang dua ribuan hingga seratus ribu menghujani arena presean. Sorak warga menggugah semangat para pepadu untuk terus bertarung. Dan juga orang tua yang melihat anaknya ikut menjadi pepadu turut memberikan saweran untuk memberikan dukungan.
Presean tersebut juga terasa lebih sakral dengan alunan musik tradisional yang mengiringi setiap pukulan para pepadu. Tak jarang pepadu juga memberikan tarian-tarian yang menjadikan setiap ayunan penyalin menjadi lebih indah. Tarian tersebut juga menjadi strategi untuk memancing emosional lawan dan melemahkan mentalnya untuk melanjutkan pertarungan. Tapi setiap pertarungan selesai para pepadu mengakhirinya dengan saling berjabat tangan dan berpelukan. Hal inilah yang menjadi alesan kenapa presean ini juga menjadi ajang yang tak luput dari sportifitas para pepadu.
Di hari terakhir kegiatan presean, panitia menutupnya dengan mendatangkan penari (Jangger) untuk mengisi waktu jeda pergantian pepadu. Penari muda tersebut tampil dengan mengenakan pakaian adat Sasak yaitu kebaya serta di kepala nya memakai sapuq has sasak. Ia juga mampu menarik perhatian anak mudan dan kaum bapak-bapak untuk menyawernya dan ikut menari di tengah arena presean.
Tradisi presean yang digelar dalam acara perayaan Hari Jadi Desa Pengonak yang ke-3 ini merupakan kali pertamanya di desa yang kemarin memisahkan diri dari Desa Ganti ini. Sehingga menjadinya bukan sebagai ajang hiburan saja, melainkan sebagai langkah penting yang diambil pemerintah Desa Pengonak dalam menjaga dan melestarikan tradisi yang diwariskan oleh para leluhur kita di masyarakat suku sasak. Dari tradisi ini juga kita dapat merasakan bagaimana persatuan dan kerjasama antara pemerintah dengan para tokoh agama, tokoh adat hingga masyarakat pada umumnya. Masyarakat juga berharap semoga kegiatan-kegiatan seperti ini terus diadakan dan dimeriahkan seperti yang di sampaikan oleh Pak Kepala Desa di tengah acara Presean.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI