Di kampung, sekitar bulan Desember hingga Februari, punya cerita seru sendiri. Selain musim bakar-bakar jagung, juga ada musim jamur alami. Jamur alami ini muncul dimana-mana, hampir di semua jenis lahan, termasuk di tebing (perbukitan).
Yang sering muncul ada tiga jenis jamur. Jamur barat, trucuk hitam dan putih. Tiga jenis ini yang biasa dijumpai warga di kampung. Jenis lainnya relatif jarang ditemui.
Tiga jenis tersebut jadi favorit warga kampung. Rasanya lebih nikmat, dibandingkan jenis jamur budidaya. Pokoknya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Nikmat dan lezat, dua kata yang bisa mewakilkan.
Terkadang, anak-anak di kampung, sepulang sekolah, mengisi waktu main dengan berburu jamur ini. Mereka menikmati 'permainan' ini, apalagi saat menemukan gerombolan jamur, pasti lebih senang. Karena saat sampai rumah, jamur itu bisa digunakan lauk supernikmat bersama keluarga.
Tak hanya itu, di kampung nilai gotong-royong dan berbagi dengan tetangga masih kental. Bahkan, antar tetangga biasa saling tukar menu masakan. Termasuk jamur ini. Jika dapat jamur banyak, maka akan dibagi dengan tetangga versi mentahan.
Sedangkan, jika perburuan jamur dapat sedikit atau sedang, maka akan dibagikan ke tetangga setelah dimasak. Karena jika dibagikan mentahan, akan merepotkan tetangga. Masaknya butuh waktu, padahal jumlahnya sedikit.
 Â
Berburu Jamur Di Perbukitan
Salah satu tempat favorit anak-anak kampung, saat berburu jamur alam adalah daerah perbukitan. Tapi yang tanahnya gembur, bukan tanah liat. Karena mudah mengambil jamurnya, tidak perlu alat bantu, tidak memerlukan cangkul kecil, atau linggis. Cukup dengan tangan kosong.
Rata-rata jenis jamur di area perbukitan ini adalah trucuk, baik yang hitam maupun yang putih. Biasanya ketemu satu, lainnya akan ditemukan juga. Jamur ini biasanya bergerombol, alias berkelompok.