Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Anak Seorang Kyai Sekamar dengan Pastor

18 November 2013   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:01 6482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini cerita yang kudapat dari suamiku. Tentang seorang anak kyai yang sekamar dengan pastor. Kisah ini bukan cerita fiksi, tapi nyata.

Karena kebetulan mendapat tugas yang sama, seorang anak kyai mendapat jatah sekamar dengan seorang pastor. Anak kyai tersebut tentu saja seorang lelaki, bukan perempuan. Dan beliau adalah bapak mertuaku. Yups, kakeknya suamiku memang seorang Kyai, dan garis keatasnya hampir semua jebolan pesantren, dan sedulur keatasnya termasuk penyebar agama di zaman baheula. Sementara pastor tersebut adalah Romo Mangun.

Suamiku cerita, bagaimana ketika bapaknya sholat, ketika salam, dia mendapati sang pastor yang berada di belakangnya ikut bersidekap sambil berdoa. Lamaa, memejamkan mata. Ketika bapaknya selesai salam, sang pastor tersebut pun selesai berdoa.

Begitu juga ketika makan bersama, masing-masing berdoa dengan khusyu'. Sama-sama memanjatkan doa. Ehmm, aku selalu merasa ketika manusia berdoa menundukkan diri, apapun agama, aliran dan kepercayaannya, itu selalu terlihat indah.

Dan selama sekamar ini, mereka berdua benar-benar saling menghargai. Apakah mereka berdiskusi menyatakan 'aku benar' dan 'kamu salah'? Kemudian gontok-gontokan, atau paling tidak diem-dieman? Ya enggak lah. Emangnya anak kecil yang hobinya ngulik-ngulik keyakinan orang lain?

Yang membuat semakin miris dan pedih adalah ketika manusia yang merasa dirinya 'paling benar', termasuk memprovokasi orang lain terhadap nilai yang dianggapnya benar, akhirnya membuat manusia lain membom  rumah ibadah lain seperti yang dilakukan oleh kelompok Taliban terhadap mesjid-mesjid Syiah dan gereja  di Pakistan, Irak, Afganistan, kasus Syiria, termasuk pengusiran manusia yang tidak bersalah di Indonesia? Apa salah orang yang sedang beribadah itu? Apakah mereka mencuri, mengganggu istri orang, korupsi, merampok, memprkosa, membunuh? Hanya semata beribadah seperti itu dibom?

Masalah keyakinan adalah masalah yang sangat privat. Apalagi kalau itu urusan dengan Yang Diatas. Dia-lah yang Berhak Menilai. Apa Hak manusia untuk menilai?

Yang bisa diselesaikan manusia menurut hukum dibawah kolong langit sini, tentu menyangkut nilai-nilai kebenaran yang dianggap universal. Nilai kebenaran yang menyangkut urusan kemanusiaan atau istilahnya hubungan antar manusia. Bukankah kemuliaan manusia karena kebaikannya, cinta, kasih sayang, kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah?

Dan ketika kemuliaan manusia terpuruk karena kebodohan, kemiskinan yang sangat, korupsi yang menyundul langit, maka manusia-manusia yang baik dari berbagai aliran dan kepercayaan ini akan saling bahu-membahu untuk menuntaskan hal ini. Sama-sama beriktikad untuk menaikkan derajat kemanusiaan.

Dan itulah yang dilakukan oleh bapak mertuaku dan Romo Mangun. Mereka sama-sama berkecimpung di urusan yang berupaya mengangkat kualitas kemanusiaan Indonesia ke taraf kebaikan dan kemuliaannya. Yang satu berkiprah di bantaran kali. Yang satu lagi berkiprah untuk membangun ekonomi dan tingkat hyginitas di beberapa pesantren, advokasi hukum untuk orang-orang marjinal yang terzalimi oleh sistem negara ini yang tidak berpihak kepada rakyat.

Dan semoga Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD'45 ini tidak dikuasai oleh orang-orang picik yang kerjanya hanya mengadu domba, yang tidak rasional dan memecah belah bangsa, hanya karena masalah aliran, keyakinan ataupun sesuatu yang dianggap 'beda'.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun