Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temanku Seorang Gay

7 Maret 2013   08:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:11 3345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini Bulan memasuki kantornya dengan bete. Maklum, baru saja sepedanya ditabrak motor. Harusnya dia yang marah, karena jatuh ditengah jalan dan dilihatin banyak orang, eh ini malah pengendara motornya yang marah-marah karena Bulan memang muter arah tanpa lihat-lihat. Dan dimarahin gitu, Bulan malah cuma bisa melongo. Untung tidak ada yang luka parah, paling cuma ada lecet-lecet di kakinya.

Rasa betenya langsung terhibur begitu melihat Rangga, office boy kantor yang mukanya klimis dan ramah.Dengan spontan Rangga menawarkan secangkir teh panas yang mantap. Dan tahu Bulan kakinya luka, dia juga menyiapkan antiseptik dan air panas, lengkap dengan kapas.

Di kantor ini, Bulan memang merasa dekat dengan Rangga. Apalagi Rangga suka curhat di telpon. Biasa, masalah rumah-tangga. Rangga baru saja menikmati kebahagiaan sebagai ayah. Foto bayinya yang menggemaskan itu, suka ditunjukkan Rangga kepada Bulan.

Dan yang paling sering, Rangga suka bertanya soal obat ataupun masalah kesehatan bayi kepada Bulan. Walaupun Bulan belum punya anak, tetapi karena sering menangani masalah obat-obatan, Bulan jadi tahu banyak, dan membaginya kepada Rangga.

***

Tiba-tiba, ketika Bulan sedang mengobati lukanya, Bulan melihat Rangga berjalan tertatih-tatih. Dan kemudian, minta ijin pulang. Bulan heran. Dan langsung bertanya,”Rangga, napa?”

“Ehmm, ini mbak, saya kurang sehat badan. Gak tau nih, sakitnya dah lama. Tadinya sakit kalo lagi pipis. Sekarang makin sakit.”

“Dah ke dokter?” tanya Bulan, khawatir Rangga kena sakit berat.

“Ini baru mau ke dokter. Sudah gak tahan lagi. Sakit banget.”

“Ya udah cepetan ke dokter.”

Besoknya, Rangga tidak masuk kantor. Ternyata dia opname di rumah sakit. Tetapi ketika itu juga beredar isu yang tidak sedap. Bisik-bisik menyatakan bahwa Rangga terkena sakit ‘raja singa’?

Tentu saja Bulan tidak percaya. Akhirnya dia bertanya ke sumber gosip. “Mbak Reta, tau darimana kalo Rangga dapet sakit gitu?”

“Dari pak Jono yang nganterin Rangga. Katanya, hasil lab bilang gitu.”

“Haa, yang bener?” Bulan tidak percaya.

“Lagian, apa mbak Bulan gak tau siapa Rangga sebenarnya?”

“Ya ampun, emang ada rahasia apa sih. Kok aku gak tau,” kata Bulan dengan bingung.

“Nih ya mbak, kuliatin sesuatu ke mbak. Tapi jangan kaget,” kemudian mbak Reta menunjukkan FB Rangga. Dan Bulan kaget sekali melihat foto-foto aduhai Rangga disana dengan berbagai cowok. Ada juga yang foto sendiri, tetapi dengan berbagai gaya. Banyakan foto itu bertelanjang dada.

“Loh kok mbak Reta bisa dapat FB ini?” kata Bulan. “Bukan aku mbak, tetapi keknya ada yang sakit hati sama Rangga, terus menunjukkan FB ini ke pak Jono. Pak Jono ngasih ke kita,” Mbak Reta menambahkan.

Dan kabar yang didengar Bulan bukan sekedar itu. Tetapi juga mengenai kehidupan Rangga yang terkesan banyak duit. Selalu punya motor baru yang bagus. Punya uang banyak. Dan baju-baju bagus.

“Padahal kan kerjanya cuma office boy mbak disini,” kata mbak Reta.

Dan mbak Reta lebih meyakinkan Bulan dengan cerita lain. Di suatu sore hari, ketika orang sudah pulang kantor, seorang cowo yang cakep mencari Rangga. Dengan kemarahan. Dan kemudian mereka sempat berdebatpanas, yang menunjukkan cowo tersebutcemburu berat pada Rangga. Kemudian mereka keluar naik motor berdua.

***

Bulan menghela napas. Cerita ini tetap tidak merubah pandangannya terhadap Rangga. Sebagai seorang teman yang baik. Dan selalu baik kepada Bulan.

Ketika besoknya Rangga tetap belum masuk kantor, Bulan berkunjung ke rumah sakit dengan beberapa teman kantor. Disana Bulan melihat raut wajah Rangga yang senang sekali dengan kedatangan Bulan. Setelah ngobrol ngalur-ngidul dan menyemangatin Rangga supaya cepat sembuh, Bulan pulang.

Apakah Bulan perlu menasehati Rangga soal pola hidupnya? Tidak. Bagi Bulan, Rangga sudah dewasa, sudah pula berkeluarga dan punya bayi. Dia sudah tahu apa yang baik dan tidak baik. Segala pilihan mempunyai resikonya sendiri. Lagipula, Bulan memang rada bingung kalau menasehatin orang. “Wong aku juga masih gak genah,”pikirnya.

Setelah dua minggu di rawat di RS, Rangga sembuh. Yang Bulan senang, ketika ke kantor, Rangga membawa kue buatan istrinya untuk di jual di kantor. Untuk menambah penghasilan, katanya.

Mereka juga saling berbincang akrab. Dan Bulan tetap tidak pernah menyinggung kehidupan Rangga itu. Tidak pula menanyakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun