Mohon tunggu...
Ilsa Varadisha Almunawaroh
Ilsa Varadisha Almunawaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Optimis, Ikhtiar, Tawakal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Otak dalam Menyimpan Hafalan Al Qur'an

13 Juni 2021   13:30 Diperbarui: 13 Juni 2021   13:52 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Otak manusia merupakan organ penting yang salah satunya berfungsi untuk bertanggung jawab dalam proses menyimpan ingatan. Bagian otak yang bertanggung jawab terkait memori terutama dalam pembentukan ingatan jangka panjang terletak di Hippocampus yang sering disebut sebagai "pintu gerbang menuju ingatan". Hippocampus ini terletak di lobus temporal bagian dalam, dekat pusat otak.

Misalnya, seperti seorang hafiz Al-Qur'an yang sedang menghafal Al-Qur'an. Apabila terdapat kerusakan di bagian hippocampus, maka akan berdampak serius pada kemampuan untuk mengingat dalam jangka panjang. Sebelum ingatan itu masuk ke dalam ingatan jangka panjang, ternyata terdapat beberapa tahapan untuk mencapai ingatan tersebut. Berikut tahapan bagaimana hafalan Al-Qur'an dapat masuk ke dalam ingatan jangka panjang.

Pertama, ayat Al-Qur'an yang dibaca adalah sebuah informasi yang akan masuk ke dalam memori sistem (sensory memory) untuk dicatat informasi tersebut melalui sistem indera secara visual melalui mata, dan pendengaran melalui telinga. Apabila informasi tersebut tidak diperhatikan maka akan langsung terlupakan, namun apabila diperhatikan akan ditransfer ke dalam sistem ingatan jangka pendek (short term memory). Sistem ingatan jangka pendek ini mampu menyimpan informasi selama sekitar 30 detik dan maksimal 7 item informasi. 

Dari sistem ingatan jangka pendek ini, maka infromasi dapat ditransfer lagi dengan proses pengulangan ke sistem ingatan jangka panjang (long term memory). Tetapi, informasi tersebut bisa juga hilang atau terlupakan apabila tidak terjadi pengulangan terhadap informasi yang sudah ada. Ketika informasi tersebut sudah berada di sistem memori jangka panjang, informasi itu dapat diperoleh kembali ketika seorang hafidz tersebut akan melantunkan ayat suci Al-Qur'an dari hafalan yang ia miliki. Namun, informasi tersebut juga bisa hilang atau tidak dapat diperoleh kembali karena tidak melakukan pengulangan hafalan. Walaupun memori jangka panjang memiliki sifat cenderung menetap daripada memori jangka pendek, tetapi jika informasi tersebut tidak mendapatkan pengulangan akibatnya dapat hilang dan lupa.

Dari proses di atas, dapat dikatakan bahwa suatu ingatan dapat dilupakan atau dapat menetap di dalam otak kita. Dengan catatan, jika informasi tersebut terjadi pengulangan. Hal tersebut ternyata juga dapat ditinjau dari prespektif Islam. Seperti contoh seseorang yang menghafal Al-Qur'an perlu mengulang hafalannya dengan tujuan agar hafalan yang sudah dihafalkan tersebut tetap terjaga dengan baik, tetap kuat, dan lancar. Sesuai sabda Nabi SAW yang berbunyi, "Jagalah Al-Qur'an, demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Al-Qur'an itu lebih cepat lepas dari hati para penghafalnya daripada lepasnya seekor unta dari ikatannya." (HR. Bukhari). Dilihat dari hadis tersebut telah dijelaskan bahwa, kita harus menjaga Al-Qur'an, menjaga disini artinya adalah menjaga hafalan Al-Qur'an yang dimilikinya karena, apabila tidak dijaga maka hafalan tersebut dapat hilang dari memori kita.

Tidak hanya dalam konteks menghafal Al-Qur'an saja yang harus mendapatkan pengulangan agar tetap bertahan dalam memori seseorang. Dalam belajar pun, jika kita ingin materi yang sudah kita miliki dalam memori tetap bertahan dan tidak lupa. Maka, yang harus kita lakukan adalah terus belajar dan melakukan review (pengulangan) kembali materi-materi terdahulu. 

Sering kali seseorang memiliki kendala dalam menghafal baik itu menghafal Al-Qur'an, materi pelajaran, dsb. Ternyata kendala tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Faktor Kesehatan

Apabila tubuh kita sehat, dalam proses menghafal pun akan menjadi lebih mudah dan lebih cepat tanpa adanya penghambat.

2. Faktor Psikologis

Ketika dalam proses menghafal, kita membutuhkan keadaan jiwa yang tenang baik dari segi pikiran maupun hati. Apabila sedang banyak yang kita pikirkan atau hati kita sedang cemas, marah, sedih, atapun risau maka proses menghafal jadi terganggu. Di dalam islam, apabila hal itu terjadi maka sebaiknya memperbanyak berdzikir dan beristighfar kepada Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd ayat 28 yang berarti, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun