Mohon tunggu...
Ilhanisya Shevafuxiana
Ilhanisya Shevafuxiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030045)

likes to watch movies and read novels.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Usaha Sambal Kemasan Melejit di Masa Pandemi

29 Juni 2021   17:29 Diperbarui: 29 Juni 2021   17:56 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama Ibu Yeni (dokpri)

Dalam UKM biasanya ada 3 kelompok, yaitu kuliner, craft, dan fashion. Selama pandemi seperti ini untuk craft dan fashion omzetnya turun drastis, dan yang masih bisa bertahan adalah kuliner seperti jajanan dan makanan. Kemudian banyak penjual dan pengrajin yang menyesuaikan keadaan pandemi, seperti membuat masker atau pun beralih ke menjual kuliner dan aneka makanan.

Adanya pandemi ini memang menjadi titik balik bagi semua orang. Banyak sekali yang mengalami perubahan karena adanya pandemi ini. Tak sedikit yang mengalami banyak kerugian, berkurangnya pendapatan yang masuk, kehilangan pekerjaan, dan masih banyak lagi yang mengalami kesulitan lainnya karena pandemi.

Namun, hal yang seperti itu tidak menimpa Ibu Yeni Aji Puntorini (41), seorang ibu rumah tangga pemilik usaha kuliner sambal. Selama pandemi justru usaha sambal kemasan milik beliau malah makin menguntungkan. Bahkan saat awal pandemi penjualannya naik hampir 3 kali lipat dari biasanya.

"Kalo sebelum pandemi itu omzetnya sekitar 80 sampai 100 botol. Terus awal mula pandemi itu malah omzetnya naik, karena produknya ini kan produk tahan lama terus praktis gitu lho. Kan jadi biasanya pada di rumah, banyak pedagang online itu terus omzetnya naik." jelas Ibu Yeni.

Sekitar awal pandemi pada awal Februari-Maret sampai lebaran bulan April-Mei omzet penjualan sambal masih terus naik. "Jadi biasanya produksi sekitar 100 botol, saat awal pandemi itu bisa sampai 300 an. Naik terus sampai sekitar bulan Mei lah" tambahnya.

Setelah itu penjualan mulai stabil dan kembali lagi seperti semula. Kemudian, pada bulan November tahun 2020 sambal kemasan mulai masuk ke toko minimarket dan penjualan mulai naik kembali karena setiap minggunya Ibu Yeni mendapat permintaan produksi.

Pemasaran sambal sebelum pandemi dulu hanya melalui reseller, titip di toko oleh-oleh, dan berjualan di depan rumah. Pemasaran dari reseller bisa sampai keluar kota Jogja, terkadang Ibu Yeni titip ke tempat travel umroh. Lalu, saat mulai pandemi Ibu Yeni mencoba untuk memasarkannya secara online.

Selain itu, Ibu Yeni juga mengandalkan pemasaran dengan kartu nama yang lengkap dengan nama, alamat, nomor telepon, serta media sosial. Saat ini beliau telah memiliki pelanggan tetap dari berbagai daerah. Tak hanya rajin menerima orderan dari luar kota, namun juga banyak dari tetangga serta teman-teman dari warga Kota Yogyakarta yang menjadi penikmat sambal kemasan Ibu Yeni ini.

Awal mula merintis usaha ini, pada tahun 2018 Ibu Yeni dan keluarganya merupakan Pedagang Kaki Lima atau PKL kuliner pecel lele. Beliau membuka warung pecel lele tepat di depan rumahnya. Dagangannya itu pun banyak yang membeli dan dapat dikatakan cukup laris. Sampai akhirnya banyak pelanggan yang datang hanya untuk membeli sambal buatannya yaitu sambal terasi dan sambal geprek.

"Biasanya tetangga, teman, itu bilang 'aku tak beli sambalnya aja, aku udah masak' gitu. 'Aku tak beli sambalnya tok boleh ga?' Ya udah terus tak bungkusin pake bungkusan kecil-kecil cup agar-agar itu..." tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun