Mohon tunggu...
ILHAM SUMARGA
ILHAM SUMARGA Mohon Tunggu... Guru - Buruh Pendidik

Sebuah celotehan dalam tulisan~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siluet

16 Desember 2018   06:37 Diperbarui: 16 Desember 2018   07:00 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya putih itu menyilaukan mata Joni yang sedang asik bermain dengan gawai barunya.

***

Perkenalkan, namaku Joni. Pemuda yang lahir di desa, dan merantau di kota. Di usia remaja terpaksa aku berpisah dengan kedua orangtuaku karena kuliah.

Bermain gim adalah jalanku untuk melampiaskan penat dalam diri. Saat banyak tugas di kampus, sumpek dalam diri muncul, lalu kemudian aku menenangkannya dengan jalan main gim di gawai baruku. Inilah obat mujarab saat semua hadir dalam pikiran.

Dan suatu hari, ada cahaya lampu. Entah itu sorot senter ataupun cahaya kendaraan bermotor? Akupun tak begitu tahu.

Dengan spontan, ku letakan gawai yang sedang aku pengang, lalu aku mencoba angkat kedua tangan. Seraya menangkis benda asing yang sedang masuk dalam diri. Gunanya tidak lain adalah untuk menghalau cahaya silau yang menyorot.

Sambil sesekali aku memandang jauh siapa yang berani iseng dengan menyorotkan cahaya lampu terang padaku. Sambil berteriak pula, kenapa ada yang iseng menganggu ku saat bermain. Tak biasanya aku mendapati kejadian aneh. Dengan terus berusaha mencoba melihat pelakunya. Tapi tetap juga aku belum memadangi jauh lebih dalam sosok manusia yang menyorotkan terang cahaya lampu.

Jengkel! Terpaksa aku bangkit dari tempat duduk. Arrrgh. Sialan- batinku meronta. Apa salah ku hingga tersorot lampu? Bertanya-tanya dalam batin ini. Sambil beranjak menghampiri putih cahaya lampu. Tapi entah mengapa jalanku terasa berat.

Semacam ada yang menarik kakiku. Tapi saat ku tengok, ternyata aku sedang melayang. Ah, apa yang sedang terjadi?

Aku pun berteriak lepas, namun tak ada sosok seorangpun yang mendengar teriakanku. Tak lepas usahaku untuk mencari bantuan. Meskipun dalam keadaan terbang, aku tetap berteriak sekencang kencangnya.

Sambil berusaha melarikan diripula, tapi apalah dayaku. Kaki dan seluruh tubuh ini lambat laun mulai hilang ditelan lantai kamar rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun