Instagram merupakan platform media sosial yang memiliki berbagai fitur untuk berinteraksi di media sosial. Menurut data Napoleon Cat, ada 90,18 juta pengguna Instagram di Indonesia pada Juli 2024. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya 32% masyarakat Indonesia memiliki akun Instagram, namun pertanyaannya adalah, apakah 1 individu memiliki 1 akun? Hal ini dapat dijawab dengan fenomena 2nd account di kalangan generasi muda yaitu Gen Z dan Gen Alpha.
Menurut survei Jajak Pendapat, sekitar 57% pengguna media sosial secara global yang aktif di Instagram memiliki 2nd account per Januari 2023. Berdasarkan data ini dapat dibuktikan bahwa masyarakat global memiliki kecenderungan untuk mempunyai 2 akun disaat yang bersamaan. Pertanyaan yang sering muncul di benak orang mungkin adalah "Mengapa harus memiliki 2 akun? Apakah 1 akun saja tidak cukup?" Hal ini merupakan fenomena psikologis yang bisa kita temukan di kehidupan sehari-hari. Psikolog klinis Dr. Anindita Rahma dari Universitas Gadjah Mada dalam wawancaranya mengatakan bahwa penggunaan akun kedua oleh Gen Z mencerminkan kebutuhan mereka untuk mengekspresikan diri dengan lebih bebas tanpa tekanan sosial yang biasanya hadir di akun utama/pertama. Hal ini memberikan mereka ruang pribadi dan autentik untuk berkomunikasi.
Fenomena ini tidak serta merta menyatakan bahwa individu yang memiliki 2 akun memiliki masalah psikologis. Namun perlu diperhatikan bahwa melalui 2 akun, individu dapat memanfaatkannya ke dalam bentuk "personal branding". Hal ini biasa ditemukan pada akun-akun influencer terkenal .
Fenomena 1st account dan 2nd account di media sosial bukan hanya sekadar trend yang dilakukan untuk gaya-gayaan. Fenomena ini sebenarnya penting untuk dibahas karena mencerminkan bagaimana kita beradaptasi dengan tekanan sosial di era digital. Media sosial yang kini menjadi bagian besar dari kehidupan sehari-hari, berpengaruh terhadap bagaimana kita menampilkan diri di platform media sosial, yang dapat berdampak besar pada kehidupan personal, sosial, hingga psikologis.Â
Pertama, hal ini berkaitan dengan identitas diri, di mana penggunaan dua akun menunjukkan bagaimana seseorang mencoba mengelola citra dirinya di depan audiens yang berbeda. Di 1st account, seseorang bisa lebih formal dan terkontrol karena merasa diawasi oleh lingkungan yang lebih luas, seperti teman kerja, keluarga, atau bahkan orang asing. Sedangkan di 2nd account, terdapat kebebasan untuk tampil lebih santai dan autentik karena hanya orang-orang terdekat yang bisa mengaksesnya. Melalui dua akun ini, kita bisa melihat bagaimana seseorang berusaha menyeimbangkan antara menjaga citra dan mengekspresikan diri.
Kedua, hal ini penting untuk dibahas karena terkait dengan dampaknya terhadap kesehatan mental. Di satu sisi, 1st account dapat memberikan tekanan besar karena seseorang harus selalu terlihat sempurna. Sementara itu, 2nd account bisa menjadi ruang "pelarian" yang sehat, tetapi juga bisa berisiko jika digunakan untuk hal-hal negatif, seperti pelampiasan emosi secara berlebihan. Dengan memahami dampak dari penggunaan dua akun ini, kita dapat belajar bagaimana menggunakan media sosial secara lebih sehat dan bijak. Selain itu, penggunaan dua akun juga membuka diskusi tentang batasan privasi di dunia maya dan menyadarkan kita akan pentingnya menjaga keamanan data dan informasi pribadi di dunia maya.
Fenomena 2nd account di media sosial, terutama instagram, memiliki beberapa penyebab yang terkait dengan faktor sosial dan psikologis. Berikut merupakan penyebab-penyebabnya:
Tekanan Sosial dan Ekspektasi Audiens
Seseorang merasa bahwa 1st account mereka merupakan gambaran dari identitas publiknya yang harus dikelola secara hati-hati. Hal ini terjadi karena adanya tekanan sosial untuk menampilkan citra terbaik mereka yang sesuai dengan ekspektasi audiens. Dalam sebuah studi oleh Chua dan Chang (2016) disebutkan bahwa media sosial seringkali mendorong kebutuhan seseorang untuk menunjukkan "versi terbaik" dirinya, sehingga banyak pengguna sosial media merasa diharuskan untuk memposting konten yang "sempurna" pada 1st account mereka. Sementara 2nd account berfungsi untuk memberikan kebebasan untuk melepaskan diri dari tekanan sosial.
Kebutuhan Privasi dan Mengekspresikan Diri yang Sebenarnya
2nd account menjadi tempat dimana seorang pengguna sosial media dapat berinteraksi dengan audiens yang lebih intimate, seperti keluarga dan teman dekat. Dalam buku iGen, Psikolog Jean M. Twenge (2017) menunjukkan bahwa generasi muda saat ini cenderung untuk mencari ruang online dimana mereka dapat mengekspresikan diri tanpa tekanan dari ekspektasi audiens. Ini menunjukkan bahwa 2nd account merupakan zona aman untuk berbagi konten yang lebih personal, tanpa harus mementingkan "versi" terbaik diri.
Penggunaan 2nd account di media sosial, khususnya Instagram, dapat diminimalkan melalui sejumlah solusi yang mencakup edukasi, inovasi fitur, dan peningkatan kesadaran pengguna. Literasi digital melalui seminar atau workshop dapat membimbing pengguna dalam mengelola identitas digital mereka sehingga lebih nyaman menampilkan secara autentik tanpa merasa tertekan. Platform media sosial juga dapat menghadirkan fitur yang memungkinkan pengaturan audiens lebih personal untuk menjaga privasi tanpa memerlukan akun tambahan. Selain itu, kampanye yang menyoroti pentingnya kesehatan mental dan penerimaan diri di dunia digital dapat mengurangi tekanan sosial yang dialami pengguna. Dukungan teknologi, seperti end-to-end encryption, dapat meningkatkan keamanan interaksi, sementara komunitas daring yang mempromosikan nilai positif dapat menjadi ruang aman untuk berbagi tanpa rasa takut akan ekspektasi. Dengan pendekatan ini, pengguna dapat lebih percaya diri menggunakan media sosial tanpa bergantung pada 2nd account.
Untuk memanfaatkan media sosial secara maksimal dan sehat, penting bagi pengguna untuk mengelola 1st account dan 2nd account dengan tepat. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah menentukan tujuan spesifik untuk setiap akun. 1st account sebaiknya difokuskan untuk membangun personal branding atau membagikan konten kepada audiens yang lebih luas, seperti rekan kerja, keluarga, atau komunitas umum. Sebaliknya, 2nd account dapat digunakan sebagai ruang ekspresi pribadi yang lebih santai dan terbatas hanya untuk teman dekat atau anggota keluarga.
Selain itu, pengguna dapat memanfaatkan fitur privasi yang telah tersedia di platform seperti Instagram. Alih-alih merasa perlu membuat akun tambahan, fitur seperti Close Friends memungkinkan pengguna membagikan konten secara selektif kepada kelompok kecil tanpa harus memiliki  akun kedua. Fitur ini memberikan kontrol penuh  atas siapa saja yang dapat melihat unggahan tertentu.
Mengatur waktu penggunaan media sosial juga menjadi hal penting untuk menjaga keseimbbangan. Hindari terlalu sering berpindah fokus antara akun agar tidak memicu kelelahan digital. Pastikan penggunaan kedua akun dilakukan secara terorganisir dan sesuai kebutuhan, sehingga aktivitas di media sosial tetap produktif dan tidak berlebihan.
Edukasi digital juga memainkan peran kunci dalam membantu pengguna memahami pentingnya membangun identitas digital yang  autentik. Melalui seminar atau kampanye literasi digital, pengguna dapat lebih nyaman menampilkan diri tanpa merasa terbebani oleh tekanan sosial. Selain itu, diskusi tentang kesehatan mental dalam konteks media sosial dapat membantu mengurangi beban psikologis sosial yang sering dirasakan saat menggunakan 1st account, sehingga pengguna dapat lebih percaya diri untuk tampil sesuai kepribadian mereka.
Terakhir, penting untuk menjaga keamanan akun dengan menggunakan kata sandi yang kuat dan mengaktifkan fitur autentikasi dua langkah. Dengan keamanan yang lebih terjamin, tanpa khawatir akan risiko peretasan ataupun penyalahgunaan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, pengguna dapat mengelola fenomena 1st account dan 2nd account secara lebih bijaksana, menciptakan pengalaman bermedia sosial yang lebih aman, nyaman, dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI