Sementara itu, Robi, warga lainnya yang bekerja sebagai pengangkut sawit, mengaku aktivitas hariannya ikut terganggu.
Ia biasa membeli solar di SPBU Bayeun sebelum berangkat ke kebun. Sekarang, ia terpaksa bolak-balik ke SPBU luar kecamatan, menguras waktu dan biaya.
"Kalau mau kerja, ya harus mengisi solar karena lima puluh ribu sudah cukup untuk pulang-pergi bekerja. Tapi ini malah kami jadi tidak tahu ke SPBU mana lagi. Karena, banyak SPBU di Aceh Timur ini kelangkaan solar. Disini, justru enggak pernah langka," kata Robi.
Keluhan tak hanya datang dari masyarakat, tapi juga dari pihak perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kecamatan Rantau Selamat.
Salah satu perwakilan perusahaan menyebutkan bahwa sejumlah unit kendaraan pengangkut sawit tidak bisa digunakan karena tidak mendapat pasokan BBM.
"Kami biasa isi di SPBU Bayeun. Tapi sejak viral tudingan itu, solar tidak tersedia. Truk jadi nganggur," ujar sumber dari pihak perusahaan yang meminta identitasnya disamarkan.
Berdasarkan pantauan Infoacehtimur.com, di kolom komentar postingan TikTok yang menuding SPBU Bayeun terlibat mafia solar, justru banyak netizen yang menuliskan testimoni positif.
Mayoritas menyebut SPBU ini sebagai salah satu yang paling tertib dan ramah terhadap masyarakat.
"Selama ini SPBU Bayeun selalu ada solar. Gak pernah main belakang. Pelayanannya juga bagus," tulis akun @Rz***** dalam komentar TikTok yang viral itu.
SPBU Bayeun juga dikenal bersih dan tertata. Di area tersebut terdapat supermarket kecil, warung kopi, musala, taman, dan tempat istirahat.
Jika distribusi solar tak kunjung normal, masyarakat khawatir fasilitas-fasilitas itu ikut terbengkalai.