Mohon tunggu...
Ilham Gresnaidi
Ilham Gresnaidi Mohon Tunggu... Lainnya - Halo!

Mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tunaikan Hak Bumi hingga Beralih Ke Energi Terbarukan, Biar Indonesia Gagal Jadi Gurun Tandus

23 Maret 2018   23:15 Diperbarui: 24 Maret 2018   00:05 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: jurnal Earth Sysst. Dynam

Tercatat dalam satu abad terakhir, kenaikan suhu bumi rata-rata bisa mencapai lebih dari 1 derajat celsius. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh tidak terkendalinya emisi karbondioksia dan gas buang lainya yang merupakan hasil aktifitas manusia yang bisa merusak atmosfer. 

Akibat yang paling terasa adalah mulai banyak bongkahan es di Greenland hingga Antartika yang mencair sehingga menyebabkan banyak sekali dampak buruk dan mengacam setiap lini kehidupan, mulai dari sulitnya tanaman biji-bijian tumbuh, keringat yang sulit untuk menguap, menurunya produktivitas kerja di luar ruangan, hingga kemungkinan hancurnya rumah ataupun bangunan yang berdiri di dekat pantai. Oleh karena itu pada tahun 2015, 144 negara dalam Perjanjian Paris setuju untuk membatasi kenaikan suhu menjadi 1.5 derajat celsius atau setengah derajat lebih rendah daripada perjanjian sebelumnya.

Lalu mengapa penting sekali menjaga suhu bumi tetap dibawah 1.5 derajat?

Dr. Manoj Joshi seorang peneliti dari University of Eas Anglia School of Enviromental Sciences berpendapat bahwa 20 hingga 30 persen permukaan tanah dunia akan mengering jika suhu global meningkat hingga 2 derajat celsius[1]. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa lebih dari 1.5 miliar orang atau sekitar 20 persen dari populasi dunia di wilayah Asia Tenggara, Eropa Selatan, Afrika Selatan, Amerika Tengah dan Australia Selatan akan terkena dampak yang paling berat. 

Turkana di Kenya bisa mengalami kekeringan lebih dari satu tahun tanpa setetespun hujan turun, begitu pula Indonesia yang juga akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi wilayah gurun yang sangat tandus. Oleh karena itu setiap negara diharapkan mampu bertindak dengan cepat untuk menjaga suhu bumi tetap di bawah 1.5 derajat celsius demi mencegah kemungkinan yang paling buruk. (Perbandingan dampak bisa dilihat pada gambar diatas)

Jika kita lihat gambar diatas jelas sekali terlihat meski hanya memiliki selisih 0,5 derajat celsius namun dampak yang muncul memiliki peningkatan hingga 2x lipat. Seperti resiko kehilangan air tahunan meningkat dari 15% dibawah suhu 1.5 derajat celsius menjadi 30% dibawah 2 derajat celsius. Tentu masih banyak lagi dampak-dampak lain yang akan kita rasakan jika dari sekarang kita tidak segera berupaya untuk membatasi suhu global agar tetap dibawah 1.5 derajat celsius.

Bagaimana cara agar suhu global tetap di bawah 1.5 derajat celsius?

Dibutuhkan usaha yang cukup keras untuk dapat mencapai hal tersebut. Harapanya di tahun 2050 nanti penggunaan energi terbarukan menjadi solusi paling tepat untuk menjaga iklim menjadi lebih baik dari pemanasan global yang diakibatkan dari dampak buruk penggunaan bahan bakar fosil yang merusak iklim serta lingkungan global. Namun usaha untuk mengkonversi kesana tentu bukanlah jalan yang mulus.

Nizar Marizi, Staff Direktorat Sumber Daya Energi dan Mineral Bappenas mengatakan bahwa sampai saat ini masih ada tantangan dalam penggunaan energi terbarukan untuk diaplikasikan di masyarakat akibat harga jual yang masih tinggi dibandingkan energi fosil hingga skema pendanaan dalam investasi yang cukup sulit karena masih dianggap terlalu high risk[2] namun meski begitu tercatat hingga Oktober 2017 total investasi energi terbarukan mencapai angka Rp11,74 triliun atau empat kali lebih banyakdaripada tahun sebelumnya[3]. Bahkan tahun ini, IFC siap menggelotorkan dana investasi hingga $700 triliun untuk pembangunan energi terbarukan di Indonesia [4]. Hal ini menandakan bahwa investasi pada sektor energi terbarukan ini masih sangatlah menarik.

Mengkonversi penggunaan energi terbarukan belum serta merta cukup untuk membantu menjaga bumi agar suhunya bisa dibawah 1.5 derajat celsisus, tindakan yang paling penting dari menjaga suhu global tetap dibawah 1.5 derajat celsisus adalah dengan mengembalikan hak serta kewajiban bumi dalam menjaga proses alamiah untuk menyerap dan menyimpan karbon di bumi. Apa saja yang bisa kita lakukan?

1. Penanaman hutan-hutan kembali (atau reboisasi)

Hutan memiliki peran penting menjadi paru-paru dunia untuk menyerap CO2 di bumi dan memprosesnya menjadi oksigen. Namun sayangnya saat ini sudah banyak hutan yang gundul hanya karena kepentingan manusia. Padahal selain menjadi paru-paru bagi bumi, menjaga hutan agar tetap berada pada komposisi habitatnya akan memberikan banyak manfaat seperti semakin bersihnya air, udara, dan yang terpenting adalah mengurangi dampak banjir serta longsor.

2. Melindungi ekosistem pesisir atau "karbon biru

Belum banyak yang tahu bahwa ekosistem pesisir merupakan penyerap dan penyimpan karbon alami dalam jumlah yang sangat besar dengan durasi waktu yang sangat lama pula. Sangat disayangkan akibat ketidaktahuan ini kerusakan yang menimpa ekosistem pesisir malah cenderung lebih tinggi, bahkan 4 kali lebih tinggi dibanding kersuakan yang terjadi di hutan hujan tropis. Tercatat bahwa hutan bakau yang rusak sudah sepadan dengan empat kali luas kota New York atau sekitar 35000 km2 dalam 25 tahun terakhir. Padahal ekosistem pesisir juga sangat penting untuk menjaga masyarakat sekitarnya terhindar dari gelombang laut yang merugikan.

3. Menjaga Hilangnya Lahan Gambut

Lahan gambut adalah hutan kering di dataran rendah dekat yang dengan kawasan pesisir. Dibawahnya tersimpan jutaan karbon akibat akumulasi pembusukan vegetasi selama ribuan tahun. Wilayahnya agak berawa, akibat pembusukan yang tidak sempurna wilayah ini bisa memiliki kedalaman hingga 10 meter. Sayangnya saat ini banyak lahan gambut di Indonesia yang hancur akibat dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan industri kertas. Padahal ada setidaknya 57 miliar ton karbon yang tersimpan dibawahnya. Jika terus berlanjut, dan habis sama artinya kita telah melepaskan sepertiga cadangan karbon yang ada di dunia.

Usaha yang tidak gampang ini sepatutnya harus kita lakukan bersama-sama. Ini bukan lagi soal menjadi keuntungan untuk satu atau dua pihak saja, namun semua pihak yang tinggal dan menginjak kakinya di atas bumi ini. Berat memang, maka dari itu mari kita selaraskan visi dan misi kita bersama untuk mencapai tujuan kita, yakni tetap dibawah 1.5 derajat celsius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun