Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tidak Puasa, Tapi Tiap Lebaran Nangisnya Paling Kencang

10 April 2024   11:20 Diperbarui: 10 April 2024   13:29 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Kompas.com/daniel pakuwali)

Di kampungku, ada lelaki namanya Kaswan. Umurnya mungkin 45 tahun. Punya anak satu yang masih kecil, masih lima tahun. Kaswan nikah sangat terlambat. Istrinya umurnya 25 tahun.

Tapi aku tak mau cerita tentang keluarga Kaswan. Juga tak mau cerita tentang pekerjaan Kaswan. Aku tak mau menceritakan apa kerjanya karena nanti kau berpikir buruk pada pekerjaannya karena Kaswan memang bisa dikatakan buruk. Padahal pekerjaannya halal. Jadi aku hanya ingin cerita tentang Kaswan.

Kaswan tak pernah puasa saat Ramadan, mungkin dalam 25 tahun terakhir. Dia terakhir kali puasa saat Ramadan ya ketika umur 20 tahun. Itu pun puasanya bolong-bolong.

Semua orang kampung tahu kalau Kaswan tak puasa saat Ramadan. Tapi Kaswan tak pernah vulgar memberitahu bahwa dia tak puasa. Kaswan tak pernah membakar tembakau di luar rumah saat Ramadan.

Kaswan tak pernah makan dan minum di luar rumah saat Ramadan. Semua aktivitas itu Kaswan lakukan di dalam rumah. Istrinya pernah curhat padaku bagaimana agar Kaswan mau berubah.

Istrinya sudah sekuat tenaga mengubah Kaswan. Tapi tak bisa. "Ya mau bagaimana lagi?" kata Istrinya padaku saat di pasar.

Kaswan memang tak puasa. Tapi anehnya, saat Lebaran atau Idulfitri, dia yang paling menghayati. Dia orang yang sangat tulus meminta maaf dan memaafkan. Di hari baik, dia meminta maaf dan dimaafkan. Bahkan dia sering sesenggukan nangis ketika meminta maaf pada tetangga. Khususnya tetangga yang sudah berumur.

Jadi ketika di kampungku orang berkumpul saling memaafkan, Kaswan paling sering terlihat sesenggukan. Dia merasa sangat bersalah atas apa yang dia lakukan sebelumnya. Bahkan, Kaswan sering nangis kencang.

Adegan tak sampai di situ. Setelah halalbihalal, Kaswan sering ke kuburan ibunya. Di situ dia sesenggukan tak keruan. Istrinya kadang sampai malu.

Salah satu yang Kaswan sesalkan, dia tak pernah tanya pada ibunya ketika ibunya masih hidup. Kaswan tak bertanya di mana pusara ayahnya.

Jadi begitulah Kaswan. Dia tak pernah puasa, tapi ketika Lebaran paling menjiwai. Semua orang di kampung mengakui bahwa Kaswan selalu tulus ketika Idulfitri. Tak ada satu pun orang di kampung meragukan ketulusan Kaswan. Karena kami memang bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang tidak.

Tapi memang orang di kampungku tak pernah sepakat ketika Kaswan tak puasa. Tentu ketidakpuasan tak diungkapkan, hanya jadi hiasan ngobrol antarmulut.

"Percuma sebegitu ikhlasnya jika Lebaran, tapi tak pernah puasa," kata seorang tetangga yang tak perlu aku sebutkan namanya.

Kemudian, sampai satu ketika di Ramadan lalu, di hari ke 26, Kaswan main ke rumahku saat selesai tarawih. "Entah, aku merasa gelisah sekarang. Aku selalu senang bukan kepalang ketika ada orang taubat. Ada orang yang kembali menginjak surau setelah lama berlumur dosa. Tapi entah, aku tak pernah merasa ingin seperti itu. Aku bahagia dengan perubahan orang lain. Tapi aku tak pernah merasa ingin membahagiakan hidupku sendiri," kata Kaswan padaku.

"Tapi sudah beberapa hari belakangan aku gelisah. Mimpiku, ibu minta agar aku puasa, agar aku salat ke surau. Beberapa kali ada suara memintaku ke surau. Kemarin juga mimpi, tiba-tiba surau itu bermulut dan memintaku datang ke sana. Surau itu bilang, rindu padaku," kata Kaswan padaku.

Belum sempat aku merespons pernyataannya, Kaswan pamit dan pulang ke rumah.

Kemudian, paginya aku dapat kabar dari istri Kaswan. "Dia mau puasa. Baru setelah subuh merasa lapar. Tapi dia tetap puasa," kata istri Kaswan padaku.

Dua hari Kaswan puasa karena Ramadan kemarin hanya 29 hari. Dia juga ke surau di akhir-akhir Ramadan, seperti kata-katanya padaku. Setelahnya Kaswan ke rumahku usai Maghrib. Dia hanya memastikan aku baik-baik saja.

Esoknya setelah salat Id atau tadi pagi, Kaswan sudah jadi kasak-kusuk. Kaswan bakal sesenggukan, bakal nangis dengan ikhlas. Dan Kaswan tak berubah. Dia tetap sesenggukan, tetap nangis di acara halalbihalal. Dia juga sesenggukan di depan pusara ibunya. Itulah sesenggukan Kaswan yang terakhir. Karena sekejap setelah sesenggukan, napas terakhir Kaswan berembus.

Itulah akhir hidup Kaswan dan tangis sesenggukan istrinya. "Siapa yang tak ingin seperti Kaswan, meninggal setelah bermaafan dengan orang sekampung, bersedu sedan di pusara ibu," kata kasak-kusuk yang sampai ke telingaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun