listrik 450 V". Sebab, informasinya memunculkan tafsir yang berbeda.
Aku menarik napas dalam-dalam. Bingung dengan pemberitaan tentang "penghapusanTafsir pertama:
Ada yang memberitakan bahwa pemerintah akan menghapus daya listrik 450 V atau daya listrik yang dimaknai "untuk orang miskin". Jika "pemerintah akan menghapus" berarti memang kebijakan itu sudah pasti. Hanya saja belum dilaksanakan.
Sudah pasti bahwa akan ada penghapusan listrik 450 V, tapi akan dilaksanakan di kemudian hari. Artinya, pihak pemerintah sudah sepakat akan menghapus listrik 450 V.
Berita ini mengacu pada pernyataan Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah. Beritanya saya baca di sini.
Tafsir kedua:
Ada berita yang mengatakan bahwa pemerintah membantah akan menghapus listrik 450 V. Pemerintah mengatakan bahwa tak ada kesepakatan dengan DPR tentang penghapusan listrik 450 V.
Pemerintah malah akan membuat listrik 450 V tepat sasaran. Jika begini, maka maknanya tak ada penghapusan listrik 450 V.
Informasi ini mengacu pada pernyataan Plt Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Saya baca di sini.
Tafsir ketiga:
Tafsir ketiga menyebutkan bahwa penghapusan listrik 450 V baru wacana. Hal ini mengacu pada pemberitaan kompas.com. Kalau masih wacana berarti belum pasti apakah akan ada penghapusan listrik 450 V atau tidak. Saya baca di sini.
Jadi bagaimana?
Kalau pemberitaan soal koalisi parpol jelang pemilu masih simpang siur, aku pikir tak masalah. Sebab, koalisi parpol tak berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat luas.
Tapi kalau "penghapusan listrik 450 V" itu jelas berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Kalau ada informasi yang multitafsir seperti ini, perlu pembenahan.
Pembenahannya, jika memang belum ada kesepakatan, katakan saja masih wacana. Kalau masih wacana dikatakan sudah pasti, ya gaduh.