Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lilitan Warisan

12 September 2021   11:56 Diperbarui: 12 September 2021   12:21 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. kompas/didie sw dipublikasikan kompas.com

Kemudian, Andi menjelaskan bahwa yang berhak atas rumah itu adalah Pak Amin dan Pak  Ali. Sebab, keduanya adalah saudara bu Ida. Sementara, Sarah bukan anak bu Ida. Sarah adalah anak angkat bu Ida. Aku seperti orang tak pernah gaul. Aku sudah puluhan tahun menikah dengan Sarah, tak tahu bahwa Sarah adalah anak angkat bu Ida.

Aku pun merasa perlu mundur teratur. Aku bilang ke para saksi dan pihak Pak Amin dan Pak Ali, aku tak bisa memutuskan. Yang berhak memutuskan dan berdiskusi soal warisan itu adalah tiga anak Sarah.

Sekilas aku melihat tiga anak itu benar-benar down. Mereka tak menyangka bahwa cerita hidup berubah dalam sekejap. Nina, sangat ngotot dan tak yakin bahwa ibunya anak angkat bu Ida. Dia tetap meminta jatah warisan. Melihat adiknya menyolot, Tino dan Nino bergairah untuk meminta warisan.

Menurut Tino, mereka (dan membawa namaku), sudah susah payah membangun rumah. Ya begitulah. Namaku mulai dimanfaatkan ketika mereka terpojok. Padahal, soal membangun rumah itu, itu pakai uangku. Catat ya, murni uangku.

Suasana makin panas dan aku sudah berkemas. Tiga anak itu sudah menahanku dengan segala kekuatannya. Tapi aku mulai paham harus seperti apa aku sekarang. Aku tetap melangkah. Aku sembari menahan perih, melangkahkan kaki menjauh dari rumah yang selama ini aku bangun dan aku diami. Entah akan ke mana. Aku tak pernah tahu. Aku hanya mengikuti kaki melangkah. Entah akan aku akan bermalam. Tapi, aku harus tegak berjalan.

Aku hela napas dalam-dalam. Kemudian, ada bunyi tembakan dari dalam rumah. Empat kali tembakan. Tembakan yang membuat geger. Aku sudah menduga semua itu. Aku tetap melangkahkan kaki dan pergi. Sementara, orang berhamburan keluar rumah melihat tempat kejadian perkara. Aku tak tahu siapa yang ditembak dan siapa yang menembak. Aku tak tertarik untuk mengetahuinya. Aku pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun