Belakangan, aku baru tahu bahwa anak Gino hanya sakit panas biasa. Gino yang memeras Mardi, kemudian diperas oleh Parto. Runyam pokoknya.
Karman, tetangga dekat rumah, juga tukang nyogok. Postur tubuhnya di bawah rata-rata. Dia berhasrat jadi preman pasar. Untuk jadi preman, dia nyogok, Pak Juri, kepala pasar. Nyogoknya kontinu tiap pekan.
Karman kini menjadi penguasa pasar dan juga tangan kanan Pak Juri. Kacau sekali kampungku. Mereka tukang nyogok. Membuat semua tatanan tak keruan.
Leni, yang manis itu juga nyogok hanya untuk jadi penjaga lembaga keuangan. Kerja Leni hanya tersenyum melayani. Hanya itu saja. Dia nyogok Rp 200 juta. Itu nilai yang gila.
Kau tahu, aku mendidih kalau dengar kekacauan di kampungku. Benar-benar mendidih. Tapi ya mau bagaimana lagi. Mereka yang nyogok itu selalu menggunakanku sebagai perantara. Fee ku 25 persen.
Kalau lagi sendiri seperti ini aku benar-benar jengkel dengan kelakuan orang-orang di kampungku yang suka nyogok. Tapi kalau pas dapat fee, entah mengapa kejengkelanku hilang semua. Lenyap entah ke mana.
Semoga kampungmu tak seperti kampungku. Jangan sampai seperti kampungku. Apalagi terjebak kenikmatan sepertiku.Â