Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kartiman Memperjuangkan Cintanya

21 Februari 2021   12:19 Diperbarui: 21 Februari 2021   12:26 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

"Aku juga terteror Wi. Tiap malam aku selalu teringat dirimu. Aku mau apa-apa tidak bisa, enggan. Kamu yang selalu ada di khayalanku. Aku terteror Wi," kata Kartiman.  

"Lalu itu salahku. Kalau mas selalu ingat aku, itu salahku?" sambar Dewi.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tak bisa menghilangkan wajahmu. Aku mencintaimu," kata Kartiman.

"Kalau kau mencaiku, biarlah aku hidup dengan pilihanku," kata Dewi.

"Ya Wi, tak masalah bagiku karena pilihanmu ada di depanmu saat ini," kata Kartiman percaya diri sembari tersenyum.

Mendapat jawaban itu, Dewi tak tersenyum. Darah Dewi mendidih. Tapi dia tak bisa marah. Dia bingung. Dia benar-benar pusing. Dia pun tak bisa menangis. Dia tak tahu harus bagaimana lagi berhadapan dengan Kartiman.

Kemudian, Kartiman memutuskan untuk pulang. Dia tak enak hati lihat ekspresi Dewi yang bingung.

***

Kau tahu, Dewi sesenggukan tiap malam. Dia merasa, Kartiman adalah neraka baginya. Namun, dia juga bingung harus bagaimana. Sementara, tak ada lelaki yang mau mendekatinya, selain Kartiman.

Dewi tak sanggup lagi menghadapi semua itu. Dia menyesal mengapa dilahirkan sebagai anak dari bapaknya yang ambisius. Dia bingung kenapa dia jadi dijauhi banyak orang. Dia heran mengapa hanya Kartiman yang bau itulah yang mendekatinya. Lelaki yang tak bisa bertanggung jawab pada diri sendiri.

Kenapa dia selalu berhadapan dengan lelaki tak bermutu seperti Kartiman itu. Dia tak bisa mengeluarkan air mata. Mungkin sudah habis. Dia bingung harus bagaimana merasakan hari yang menyayat ini. Hari yang selalu dihantui Kartiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun