KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur adalah Presiden Indonesia keempat. Gus Dur selain dikenal sebagai tokoh agama dan negarawan juga dikenal karena guyonannya.
Tanpa sengaja saya pun melihat rekaman di masa lalu saat Gus Dur berbincang dengan Jaya Suprana, seorang pianist, budayawan, dan juga pengusaha. Saya melihat wawancara itu di akun instagtram nugarislucu.
Dalam bincang-bincang itu Gus Dur cerita saat dia bertemu dengan Presiden Amerika Serikat saat itu, Bill Clinton. Gus Dur mengatakan bahwa keduanya berbincang cukup lama, ya karena sama-sama presiden.
Jaya Suprana pun tertawa. Lalu Jaya Suprana juga mengetahui jika Bill Clinton kalah perbendaharaan pengetahuan dari Gus Dur. "Masa Presiden (AS) baca buku. Di Amerika presiden baca buku itu artinya nganggur. Kalau di sini (Indonesia) presiden harus baca buku karena memang nganggur," kata Gus Dur yang langsung membuat tawa Jaya Suprana.
Jaya juga bertanya tentang foto Bill Clinton yang terlihat  tertawa pada Gus Dur. Jaya pun bertanya cerita apakah yang membuat Bill Clinton tertawa seperti itu. Gus Dur pun menjelaskan bahwa dia bercerita tentang Winston Churchill yang bertemu dengan Clement Atlee.
Pertemuan itu terjadi saat Churchill tak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dan Atlee menjabat Perdana Menteri Inggris. Diketahui Atlee adalah suksesor Churchill. Nah, Gus Dur bercerita bahwa Atlee suka menasionalisasi perusahaan yang besar-besar.
Satu ketika Atlee buang air kecil di toilet yang tentunya sambil berdiri. Lalu, Churchill datang juga untuk buang air kecil. Ketika keduanya bersebelahan buang air kecil, Atlee melihat "punya" Churchill.
Karena "punyanya" dilihat Atlee, Churchill pun marah. Â "Jangan lihat sini karena kamu senengannya menasionalisir yang besar-besar," cerita Gus Dur yang kembali membuat tertawa.
Pengetahuan Luas
Gus Dur memang memiliki pengetahuan luas. Dia bisa bicara serius dan bisa bercanda. Keduanya dilakukan Gus Dur sebagian berbasis pada literasi. Artinya pengetahuan dan guyonan Gus Dur itu berbasis pada membaca buku.
Gus Dur melahap banyak buku saat masih muda. Bahkan, saya pernah baca bahwa Deliar Noer yang ahli tata negara itu pernah datang ke rumah KH Wahid Hasyim, ayah Gus Dur. Saat itu, Deliar yang masih muda melihat anak kecil yang asyik membaca buku. Deliar mengatakan bahwa anak kecil itu kemungkinan adalah Gus Dur.
Membaca buku dan juga membaca kehidupan yang banyak akan membuat kita bisa melihat sesuatu dari banyak sudut pandang. Misalnya, karena berilmu atau suka baca buku, seseorang tak akan melihat bola sebagai benda untuk ditendang saja.
Ketika melihat bola, si orang yang berpengetahuan luas juga akan berpikir di mana bola itu dibuat, berapa karyawan yang dibutuhkan untuk membuat banyak bola, apakah karyawannya digaji layak? Atau bisa juga berpikir apa yang membuat bola sepak buatan Indonesia sangat berkualitas sehingga bisa digunakan di ajang kelas dunia?
Maka, saya pikir salah satu yang bisa dicontoh dari Gus Dur adalah kegemarannya untuk membaca. Gemar membaca akan membawa kita makin beradab. Gemar membaca akan membuat kita makin paham banyak sudut pandang.
Ketika kita paham satu hal dari banyak sudut pandang, maka kita pun bisa toleran. Kita jadi paham kenapa untuk satu hal tertentu, banyak perbedaan pendapat. Kita paham bahwa ada orang yang berbeda cara berpikirnya daripada kita. Kita jadi menerima keberagaman, bukan memaksakan keseragaman. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI