Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warga Pakistan Melawan Efek Samping Corona dengan Zakat

1 April 2020   18:49 Diperbarui: 1 April 2020   19:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi shutterstock dipublikasikan kompas.com

Jumlah itu termasuk luar biasa untuk negara yang masih berjuang melawan kemiskinan. Sebagai perbandingan saja, Inggris yang lebih kaya beramal 1,3 persen dari PDB-nya. Kanada yang juga lebih kaya  beramal 1,2 persen dari PDB-nya.

Seorang warga Pakistan yang hidup di Loughborough Inggris pun memberikan testimoninya soal sedekah atau zakat orang Pakistan. Dia mengatakan, orang orang Pakistan akan memuliakan tamu. Dia mengatakan bahwa warga Pakistan mengutamakan orang lain. "Sebagai bangsa kita tak memiliki banyak  tapi kita memiliki hati yang besar," ujarnya di BBC.

Dr Imtiaz Ahmed Khan, ahli biologi molekuler dari Universitas Hamdard Karachi pun memberi pandangan dari sisi spiritual. Zakat, katanya, pembersih spiritual. Uang, katanya, adalah seperti kotoran di tangan seseorang. "Zakat menghilangkan kotoran dari kekayaan," katanya.

Realistis
Selama ini kita disuguhkan dua kutub hitam putih, yakni jaga jarak atau corona menyerang. Ada juga yang mengatakan bahwa nyawa tak bisa diganti tapi ekonomi bisa diperbaiki. 

Tapi, jarang sekali kampanye yang membela orang-orang yang terpuruk ekonominya karena corona. Bahkan, jika memotret India, orang-orang yang keluar rumah pun diperlakukan layaknya kriminal.

Saya pikir Pakistan telah memberikan jalan tengah yang sangat bijak. Mereka melakukan aksi di rumah saja, tapi juga berzakat untuk membantu mereka yang kepayahan secara ekonomi karena corona. 

Saya pikir banyak negara (yang belum maju), layak mencontoh Pakistan. Tentu saja, bagi negara yang penduduknya bukan mayoritas muslim, nama konsepnya diubah. Bukan zakat atau sedekah, tapi berbagi.

Kita di Indonesia pun juga bisa melakukannya. Jarak fisik bukan menjadi alasan untuk menjauhkan sisi spiritual kita. Barangkali ketika sisi spiritual dengan zakat atau berbagi ini digenjot, maka kita akan semakin dewasa memahami keadaan. Kita makin tak takut berlebihan, bisa memahami bahwa jenazah memang harus dikubur, bukan ditolak. Mungkin kita menjadi semakin paham bahwa sisi spiritual adalah memikirkan orang lain, termasuk memikirkan bagaimana sosialisasi paling baik agar warga tak ketakutan berlebihan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun