Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah di Kepala Burung Papua

27 Januari 2023   21:06 Diperbarui: 27 Januari 2023   21:08 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut di Kepala Burung Papua

Bumi telah Allah SWT/Tuhan Yang Maha Kuasa anugrahkan kepada manusia sebagai tempat tinggal terbaik di alam semesta paling tidak hingga saat ini (bisa jadi berubah bagi sebagian pendapat yang menggagumi teori konspirasi alam). Manusia diberikan legitimasi dari Tuhan sebagai makhluk yang paling unggul dibanding makhluk Tuhan lain untuk mengelola dan memanfaatkan tempat terbaik pemberian Tuhan ini untuk melangsukan hidup dari generasi ke generasi. Semesta yang menjadi ruang huni juataan hingga tak terhingga makhluk Tuhan secara alami terbagi sesuai habitat masing-masing sehingga memungkinkan seluruh makhluk Tuhan ini tumbuh, berkembang, beregenerasi hingga mati dan kemudian semesta diperintahkan oleh Tuhan untuk melakukan fungsi alamiahnya secara terus-menerus hingga semesta berhenti melalui petunjuk Tuhan. Dinamika ini kemudian kita mengenalnya dengan istilah "Siklus Hidup"

Alenia pengantar di atas merupakan mukadimah pemahaman kita saat berbicara tentang ruang/wilayah/daerah/kawasan di muka bumi yang tersusun atas banyak elemen hidup dan tak hidup yang saling berinteraksi membentuk konektivitas alamiah. Semua tempat di permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya meliputi daratan, udara dan perairan (darat dan laut) yang digunakan makhluk hidup sebagai tempat tinggal dan interaksi antar berbagai elemen hidup, dapat kita devenisikan sebagai ruang. Paling tidak ada tiga aspek yang mempengaruhi interaksi antara ruang, seperti: 1. Saling Melengkapi: Interaksi ruang memberikan akses yang luas pada 2 wilayah dalam proses peningkatan kualitas hidup. Contoh: Daerah pesisir laut menyediakan sumberdaya perikanan yang melimpah, tentu membutuhkan daerah penghasil beras, sayur dan buah yang menempati ruang dataran rendah hingga perbukitan; 2. Menumbuhkan Kesempatan Antara: Konektivitas ruang mampu membuka kesempatan bagi ruang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang mengukuti trend pertumbuhan ruang di sekitarnya. Contoh: Daerah pusat produksi perikanan, membutuhkan bahan pokok lain sebagai kebutuhan hidup (beras, minyak, sayur, daging dll), dinamika pertumbuhan ini akan mendorong kesempatan ruang lain di sekitarnya untuk berkembang melalui penyediaan kebutuhan yang diinginkan; 3. Kemudahan Bergerak/Berpidah (Mobile): Dalam proses interaksi setiap pengguna dan pemanfaat sumberdaya akan cenderung memilih kemudahan akses, kecepatan informasi dan ketepatan aksi untuk meminimalisir kesalahan dan mendapatkan hasil yang optimal.  Contoh: Nelayan yang akan menjual ikannya ke pasar di Perkotaan dapat mengalihkan lokasi penjualan ke pasar pinggiran Perkotaan yang relatif dekat, diakibatkan jarak pasar di Perkotaan yang jauh, aksesibilitas sulit karena belum didukung oleh fasilitas jalan yang memadai.  

Ruang permukaan bumi, tidak hanya terbatas pada ruang darat meliputi elemen abiotic (benda mati), tanah dan batuan tetapi termasuk elemen biotic (tumbuhan, hewan dan manusia). Selain itu kita juga mengenal ruang udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi dan ruang pada lapisan atmosfer terbawah yang memengaruhi permukaan bumi. Ruang bumi lain yang luas dan menutupi 2/3 permukaan bumi ialah ruang perairan mencakup perairan yang ada di permukaan bumi (laut, sungai, danau, rawa dan bendungan) juga di bawah permukaan bumi (air tanah) sampai kedalaman tertentu. Total jumlah kandungan air di bumi hampir 326 juta kubik mil, menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat. Sebanyak 72% permukaan bumi tertutup oleh air, tetapi 97% air tersebut asin dan tidak untuk dikonsumsi sebelum dilakukan pengelolaan yang tepat.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai karakteristik kewilayahannya, semestinya kita memahami bahwa Negara ini dianugrahkan sumberdaya alam yang melimpah di darat dan laut, menjadi potensi yang perlu kita lihat sebagai peluang sekaligus tantangan masa depan Negara. Besarnya pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah Barat Indonesia yang dilakukan sejak awal kemerdekaan harus kita akui bersama bahwa hal ini menjadi salah satu penyebab terdesaknya sumberdaya yang ada di alam di kawasan itu pada saat ini. Pemanfaatan berlebih yang dilakukan sejak lama tentu memberikan dampak buruk terhadap sistem ekologi di alam. Indonesia sebagai Negara besar membentang dari ujung Pulau Sumatera sampai di Timur Pulau Papua telah menjadi konsensus bersama yang mengakui Negara Kesatuan berdasarkan kesamaan hak dan tanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Pergeseran pemanfaatan sumberdaya alam (darat dan laut) ke wilayah Timur Indonesia pada beberapa akhir dekade merupakan keniscayaan yang harus dihadapi sebagai pengakuan kita dalam proses berbangsa dan bernegara. Walau demikian pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tetap memerlukan instrument dan tools yang tepat untuk menyeimbangkan kebutuhan dan ketersedian sumberdaya.

Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) Papua Barat merupakan semenanjung besar yang membetang di wilayah Papua menuju Papua Barat dan terus hingga Papua Barat Daya kita kenal sebagai Semenanjung Doberai atau Semenanjung Kepala Burung, bahasa Belanda: Vogelkop, bahasa Inggris: Bird's Head Peninsula).  terletak di pusat keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia yang terbentang dari sebelah timur Teluk Cendrawasih, Kepulauan Raja Ampat di sebelah barat, hingga pesisir Fakfak-Kaimana di sebelah selatan. Dengan lebih dari 1.600 jenis ikan karang dan 600 jenis terumbu karang (sekitar 75 persen dari seluruh jenis terumbu karang di dunia), BLKB tercatat mempunyai keanekaragaman hayati laut tertinggi dibandingkan dengan daerah lain di seluruh dunia dengan luas yang sama. BLKB juga mencakup habitat penting bagi jenis biota laut endemik seperti ikan purba Coelecanth (ikan raja laut), ikan hiu berjalan (Hemiscyllium spp.) dan sepesies laut yang terancam, termasuk penyu, paus, hiu paus dan lumba-lumba.

Sebagai sumberdaya yang dinamis, potensi kelautan dan perikanan terus mengalami fluktuasi secara alami, dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim, cuaca dan perbedaan bentang geografis juga karena aktivitas manusia dalam upaya pemanfaatan sumberdaya. Muncul pertanyaan dibenak kita, apakah sumberdaya alam yang besar ini dapat terus bertahan dan tersedia di alam secara berkelanjutan? Siapa yang dapat memberi jaminan kelestarian sumberdaya alam yang ada???

Jawabannya ada pada diri kita semua, sampai sejauh mana komitmen untuk secara kolektif peduli terhadap ketersediaan dan pelestarian sumberdaya alam tersebut dan disisi lain mampu mencegah praktik-praktik destruktif terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Sejatinya narasi ini bukan hanya menjadi selogan yang pasaran di forum resmi birokrasi dan akadmik saja, melainkan harus menjadi dayung yang dipegang bersama untuk mendorong perubahan, Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah (RZ KAW) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kelautan dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut mungkin dapat menjadi solusi konkrit untuk menjadi instrument yang baik dalam pengelolaan ruang laut. RZ KAW mengatur wilayah teluk, selat dan laut di luar wilayah kewenangan Pemerintah Daerah (12 mil) sampai pada batas Klaim Maksimum Negara Indonesia (ZEE dan atau LK yang menjadi Kewenangan Pemerintah). Namun perlu menjadi perhatian bersama bahwa upaya pendekatan yang dilakukan harus mampu menyeimbangkan konektivitas antara sumberdaya pesisir dan laut dan masyarakat pesisir (islander) sebagai local owner.

Pengelolaan ruang laut dalam penerapan ilmu ekologi modern tidak dapat dimaknai secara sempit sebagai tempat/wahana yang terisi oleh air asin saja, melainkan merupakan daerah yang saling terintegrasi antara ruang darat dan udara, yang mana setiap elemen memerlukan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian. Ruang laut yang berada di sisi atas terintegrasi dengan daratan (maind land) merupakan kawasan yang statis, demikian juga ruang laut di arah laut lepas (oceanic) juga memiliki kecenderungan ekologi yang relatif statis. Berbeda dengan ruang pesisir pantai (0-12 mil laut). menjadi ruang yang sangat denamis secara ekologi dan oseanografi, dipengaruhi dari daratan dan laut lepas. Pengelolaan ruang laut di atas 12 mil sampai pada kawasan ZEE Indonesia seharusnya tetap dapat mempertimbangkan konektivitas ruang secara komprehensif. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga sistem ekologi laut tetap terbentuk secara alami sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup organisme aquatic/biota pesisir dan laut juga manusia yang memanfaatkan sumberdaya. Pendekatan pengelolaan ruang laut sejatinya adalah upaya mempertahankan keberlanjutan sumberdaya alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kebutuhan manusia.  Jadi sebenarnya yang mau diatur itu sumberdaya bukan ruang (wahana) airnya. Paradigma ini yang perlu kita pahami bersama sehingga mampu memimalisir konflik yang muncul akibat kesalahan persepsi terkait hak penguasaan ruang.    

Pendekatan ekoregion di BLKB Papua dapat menjadi solusi alternatif dalam membangun konektifitas ruang laut, dengan segala dinamika yang ada. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, memberikan arah pengelolaan sumberdaya berkelanjutan pada beberapa wilayah yang saling terintegrasi. Pendekatan ekoregion, menempatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang memiliki konektivitas geografis, ekologis dan social culture, dicirikan melalui kesamaan iklim, tanah, air, flora, fauna asli/endemik serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah (RZ KAW) pada kawasan BLKB di perairan utara Pulau Papua, memproyeksi beberapa wilayah dalam ruang tersebut, antara lain; Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya, Maluku Utara dan Sulawesi Utara. Diharapkan zonasi yang akan dihasilkan dapat menjawab tantangan sekaligus memberikan peluang bagi keberlanjutan sumberdaya alam dan peningkatkan taraf hidup masyarakat pada 5 kawasan strategis tersebut. (imfb)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun