Mohon tunggu...
Ilham Nasrullah
Ilham Nasrullah Mohon Tunggu... Penulis - Muhammad Ilham Nasrullah

vousmevoyez

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi tentang Bunga-ku

10 Juli 2020   04:14 Diperbarui: 22 Juli 2020   09:37 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sempatlah diri ini geram; tak ada sesuatu yang dapat menyenangkan dirinya lagi

Lalu mengeram-sorai; saat matanya berkaca-kaca untuk kesekian

Bungaku masih mengenalku, dalam tiap barisan kata yang sempat kutorehkan, mereka seolah masih membelainya lembut, menatap dirinya lekat-lekat, seolah menggenggam dirinya dalam sekuntum puisi yang berkali-kali hadir: tentangnya, dalam bentuk rupa berbeda-beda. Namun tetap ia kenali.

Seolah masih sudi terbelai-lembut dirinya oleh setiap titik dan koma, dalam barisan diksi yang sesekali berdansa-ria, walau melodi yang diikutinya hanyalah keutuhan semesta.

Dirinya masih sudi tergugah, terharu, termenung akan setiap pemahaman akan olahan diksi di dalamnya, tak kalah terharunya dirinya saat begitu semarak-sorai saat ia berjibaku dengan adonan jajanan manis, untuk praktik saat berkeluarga kelak, katanya.

Begitu terharu, seolah ia ber-sadar; "Aku dalam keadaan tersadar menginginkanmu hadir dalam diriku; lagi-dan lagi, meskipun dalam bentuk puisi-indah tanpa pelaku, meskipun dengan harmoni semesta yang sering kau jadikan persinggahanmu saat kau benar-benar butuh tenang, saat kau memang benar-benar mengingatku lalu kau menorehkan dalam sebait dua bait dari sebagian sifatku dalam puisimu, dan bahkan meski puisimu kau tulis untuk perempuan lain yang sedang kau  kenali hari ini; kau kenang dalam puisimu. Aku tetap menganggapku perempuanmu, setidaknya pernah begitu. Lalu katakanlah jika Aku salah, atau sedang tak berarah." 

Ya, sedikit banyaknya memang tentangmu, kasih. Se-bersembunyi apapun perasaanku dalam puisiku tentangmu tetap kau kenali bukan? Saat kau bercengkrama dengannya, kau selipkan kepada pembendaharaan kata: sebuah doa yang kau rapalkan kencang-kencang dihadapan-Dia, agar setiap diksi yang kutorehkan-kau kenali dan mengenalimu, agar rasa dari setiap puisi yang terlahir dariku, kau bisa menyapanya dalam asahmu, dalam anganmu, dalam sepertiga malammu, bahkan dalam jeding, dan disetiap ruang tanpa sekat  tak berbatas ruang-waktu.

Di sebuah tempat merindu, dalam angan dan asah kesekian aku memberanikan diri menyapamu: tertanggal 10 Juli 20, pkl. 03.29-04.08

Di pelataran rindu dan dinginnya suhu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun