Mohon tunggu...
Ilham Moehammad
Ilham Moehammad Mohon Tunggu... -

mahasiswa jurusan fisika Universitas Negeri Makassar (UNM). Menyukai menulis dan ingin salalu menulis. blog: http://www.ilham-moehammad.blogspot.com, http://www.facebook.com/ilham moehammad,http://www.twitter.com/ilhamarsyam.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudahkah Kita bermental Juara?

22 November 2011   01:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


oleh Ilham Moehammad

Saya beruntung bisa mewawancarai secara eksklusif salah satu mantan atlet bulutangkis terbaik nasional, Christian Hadinata. Pertemuan kami itu terjadi satu tahun lalu sekitar medio November 2010. Saat itu, beliau sedang mendampingi atlet bulutangkis pada Kejuaran Nasional (Kejurnas) di Makassar.

Kami berbincang di lobi sebuah hotel tempatnya menginap sekitar sejam. Dari yang serius hingga remeh temeh. Sesekali diselingi canda tawa. Juara dunia dua kali ini bercerita tentang perjalanan kariernya, prestasinya, dan tentang pasang-surut prestasi bulutangkis dan olahraga nasional pada umumnya.

Ia tampak antusias menjawab setiap pertanyaan saya. Namun ada yang berbeda ketika saya mencoba menanyakan tentang peran mental dalam sebuah pertandingan olahraga termasuk bulutangkis. Dia sejenak terdiam memperbaiki duduknya lalu menjawab, "mental itu nomor satu".

Menurutnya, ada tiga hal yang berperan dalam sebuah pertadingan olahraga yakni, fisik, teknik dan mental. Dia bahkan mengatakan pentingnya psikiater dalam dunia olahraga. Pertandingan bukan saja tentang unjuk kekuatan fisik dan teknik tapi juga perang mental.

Kebanyakan atlet Indonesia itu kalah dalam persolan mental. Pada pertandingan bulutangkis misalnya, saat atlet kita telah leading hingga poin 20 (match poin) mereka biasanya tidak tenang, mudah dikejar dan kemudian kalah. Ataukah lawan sudah pada poin 20 kita terlalu cepat menyerah. Kami kemudian menyebutnya, "inseden mental poin 20".

Bangsa Gagal Mental

Sebenarnya ini terjadi pada semua cabang olahraga dari bulutangkis hingga sepakbola sekalipun. Pada final cabang sepakbola Sea Games kemarin Indonesia vs Malaysia kita harus mengakui kekalahan. Kita tidak kalah dalam teknik dan fisik, tapi MENTAL.
Bahkan semua sendi kehidupan. Indonesia bahkan bisa disebut bangsa dengan kegagalan mental yang luar biasa. Ada banyak tamsil (contoh) kegagalan mental bangsa. Misal yang sering kita lihat adalah budaya antri di Indonesia yang buruk. Betapa kita menyaksikan masyarakat sebuah bangsa yang tak sabaran. Saling sikut, saling menjatuhkan. Kemudian tawuran/perkelahian antarmahasiswa atau kelompok hingga perang saudara yang begitu mudah tersulut. Ini sudah seperti budaya. Mereka begitu emosional sehingga mudah diadu domba.

Kita juga melihat banyaknya pejabat negara yang tidak konsistenan mematuhi janji atau aturan. Kemudian munculah kecurangan di mana-mana berselimut korupsi berjamaah. Mereka ini beranak pinak membentuk sebuah keluarga yang disebut keluarga penjahat negara.

Saya dan mungkin juga Anda percaya kekuatan sebuah mental. Kita nampaknya sepakat bahwa problem-problem bangsa yang terjadi sekarang karena mental bangsa sedang rusak. Sayangnya, bangsa ini sudah terlanjur bermental emosional dan egois.

Kita harus memperbaiki mental yang rusak ini. Bangsa ini tak saja cukup dengan orang pintar, tapi juga butuh orang sadar. Seperti yang dikatakan Christian Hadinata kita/bangsa butuh mental juara. Bagaimana mental juara itu? Mereka yang menang, tapi tak curang, kalah pun tak meradang. Sudahkah kita bermental juara?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun