Mohon tunggu...
Ila Choirunnisa
Ila Choirunnisa Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hujan Es Sebesar Jagung Bikin Heboh Warga Mlangi

12 Maret 2025   00:19 Diperbarui: 12 Maret 2025   00:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan Es Sebesar Biji Jagung. Sumber: Dokumen Pribadi

Sleman- Kejadian langka menggemparkan warga Mlangi, Nogotirto, Gamping pada Selasa, 11 Maret 2025. Hujan es sebesar biji jagung melanda kawasan tersebut sekitar pukul 15.20 WIB dan berlangsung selama kurang lebih 5 menit. Peristiwa ini membuat warga panik sekaligus penasaran. "Awalnya saya kira ada yang melempari batu ke atas atap rumah, karna suara berisik sekali, pas saya lihat keluar, ternyata hujan es sebesar biji jagung," ungkap M warga Mlangi. "Saya baru pertama kali melihat hujan es sebesar ini," tambahnya dengan nada kaget. Warga lain juga merasakan keanehan yang serupa. "Suara 'thuk thuk' di atap, saya kira ada anak-anak nakal yang melempari batu ke genting. Eh, ternyata es yang jatuh," ungkap B seorang warga lainya.

Fenomena ini bukan sekedar kejutan bagi warga, tetapi juga menjadi perhatian dalam kajian iklim dan cuaca. Hujan es merupakan manifestasi kondisi cuaca ekstem yang dipicu oleh interaksi kompleks antara atmosfer dan kondisi lingkunga. Pembentukan es erat kaitannya dengan awan cumulonimbus, awan vertical dengan daya angkat udara sangat kuat. Daya angkat ini memungkinkan partikel air naik ke lapisan atmosfir yang sangat dingin, di mana mereka membeku menjadi es. Perbedaan suhu yang mencolok antara permukiman bumi yang hangat dan lapisan atmosfer atas yang dingin mempercepat proses pembekuan ini. Kelembaban udara yang tinggi menyediakan pasokan uap air melimpah, bahkan bahan baku utama pembentukan es. Sementara itu, angin kencang berperan dalam mendistributor butiran es, bahkan membawa mereka ke wilayah yang jauh dari tempat pembentukan awan.

Secara spesifik, pembentukan hujan es di Mlangi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada siang hari pemanasan matahari yang intensif menyebabkan udara di permukaan bumi naik dengan cepat. Udara yang naik ini membawa uap air ke ketinggian yang lebih tinggi, di mana suhu sangat dingin.di ketinggian ini, uap air membeku menjadi partikel es. Partikel es ini terus bertambah besar seiring dengan bertambahnya uap air yang membeku. Ketika partikel es sudah cukup berat, mereka jatuh ke bumi sebagai hujan es. Hal ini bergantung pada kekuatan daya angkat awan dan durasi partikel es berada di dalam awan. Semakin kuat daya angkat awan dan semakin lama partikel es berada di dalam awan, semakin besar ukuran es yang terbentu. Kejadian ini dipengaruhi pola angin dan kelembaban udara, yang pada akhirnya memicu pembentukan awan culumunimbus yang kuat.

Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena hujan es sering terjadi pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam, serta kelembaban udara yang tinggi. BMKG menjelaskan bahwa awan cumulonimbus penyebab utama hujan es, biasanya terbentuk pada siang hingga sore hari, seperti yang terjadi di Mlangi. Selain itu, BMKG juga mencatat bahwa ukuran butiran es yang terbentuk dapat bervariasi tergantung pada kondisi atmosfer saat itu. Fenomena hujan es ini menjadi pengingat akan dinamika alam yang kimpleks dan kekuatan cuaca yang dapat berubah-ubah. Diharapkan, masyarakat dapat mengingat kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan selalu mengikuti informasi dari BMKG.

Daftar pustaka:

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Informasi Cuaca Terkini. Diakses pada 11 Maret 2025, dari situs resmi BMKG: www.bmkg.go.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun