Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Nribun", Sebuah Memori Mendalam Hubungan Ayah dan Anak Aremania Selama 90 Menit di Stadion

3 Oktober 2022   08:51 Diperbarui: 3 Oktober 2022   14:11 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang saya alami saat itu bisa jadi dialami juga oleh anak dan ayah di Malang. Menonton sepak bola Arema secara langsung di stadion bisa jadi adalah sebuah prestise dari hubungan ayah dan anak di Malang. Hubungan yang terjalin erat selama 90 menit lebih dengan interaksi bersama penonton di dalamnya.

Selama 90 menit, saya yang memang suka bertanya kerap menanyakan kenapa kok begitu dan kenapa kok begitu. Mengapa harus ada tendangan di luar gawang, mengapa ada kartu merah, mengapa ada kartu kuning, dan mengapa ada lemparan dari luar lapangan. Semuanya dijelaskan oleh ayah sebisanya.

Selama 90 menit, saya juga belajar bagaimana arti dari sebuah kehidupan. Kapan kita cemas, kapan kita bahagia, dan kapan kita sedih sewajarnya. Saya ingat dengan senyum merekah dari pemain Arema ketika memasukkan gol. Saya juga ingat kala ia begitu sedih ketika Arema kemasukan gol dan akhirnya kalah. 

Semuanya bisa saya saksikan dari tribun dan terekam dalam memori kecil saya hingga sekarang. Sebuah pelajaran hidup yang bisa jadi tidak dialami oleh anak-anak lain yang tidak diajak oleh ayahnya menonton sepak bola langsung.

Kini, berpuluh tahun kemudian, saya menyaksikan dengan mengerikan bagaimana ayah dan anak bergelimpangan tak bernyawa di Stadion Kanjuruhan Malang. Sebuah hal yang bagi saya benar-benar memilukan karena bisa jadi mereka adalah ayah dan anak layaknya hubungan saya dengan ayah. 

Ayah yang begitu ingin menyenangkan anaknya dengan rezeki yang didapat dan anak yang bahagia diajak nonton bola secara langsung di stadion. Hubungan yang sampai dewasa akan selalu terkenang.

Pro kontra mengenai mengapa mengajak anak ke dalam stadion memang mengemuka. Namun. Dari cerita yang saya paparkan tadi, setidaknya kegiatan ini sudah berjalan bertahun-tahun dan merupakan sebuah hal yang bisa jadi adalah kebahagiaan atau kebanggan bagi para ayah dan anak di Malang. 

Terlebih, sebelum kejadian kemarin, hampir jarang sekali terjadi kerusuhan seusai pertandingan. Makanya, banyak sekali para ayah yang mengajak anaknya menonton bola di Stadion Kanjuruhan karena berpikir semua akan baik-baik saja.

Saya tidak mau berpolemik lagi mengenai kejadian ini yang pasti keadilan harus ditegakkan. Kejadian kemarin menjadi luka dan trauma bagi anak-anak yang terjebak di dalam stadion.

Sungguh saya tak bisa berkata-kata. Tidak ada satupun nyawa boleh melayang dari sepak bola apalagi demi rating semata. Untuk sementara waktu dan sampai batas waktu yang tidak ditentukan, saya menyimpan dulu kaos Arema saya dan tidak saya pakai untuk kegiatan apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun