Saya hanya berjalan sebentar di pelataran masjid sambil memaknai ukiran yang tergambar apik di sepanjang tembok yang mengelilinginya. Tembok ini menjadi batas kawasan masjid dan makam dengan rumah penduduk di sekitarnya.
Seorang ibu yang menunggu putra sulungnya mengaji sambil menggendong putra bungsunya di Masjid Agung Mataram Kotagede. - Dokumentasi Pribadi
Walau sepi, ternyata ada seorang anak yang sedang belajar mengaji. Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar nyaring dari mulut anak tersebut. Seorang ustad sesekali membenarkan bacaan anak tersebut.Â
Sang ibu, dengan setia menunggu sang anak yang sedang belajar mengaji sambil menyuapi anak bungsunya di pelataran masjid. Sungguh, sebuah keteduhan yang saya rasakan di Kotagede yang belum tentu saya temui di sudut lain di wilayah Jogja.
Kompleks makam dan masjid Kotagede yang sepi. - Dokumentasi Pribadi
Setelah puas berkeliling, saya mencoba keluar dari kompleks masjid melalui rumah penduduk. Gang sempit yang menjadi batas masjid dengan perkampungan membuatnya semakin unik.Â
Kawasan ini menjadi modern tetapi masih memertahakankan tradisi. Ini terlihat dari beberapa rumah warga yang sengaja dibiarkan masih memertahankan arstitektur aslinya. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Romansa Kota Lawas Kotagede.
Romansa Kota Lawas di Kotagede - Dokumentasi Pribadi
Tidak lama saya berada di sana karena memang sebenarnya hanya menunggu waktu janjian. Singkatnya kunjungan itu tidak mengurangi pemaknaan saya atas wilayah ini. Saya masih kagum dengan tata kota zaman dulu yag begitu detail terutama dalam pembangunan landmark penting.
Semoga saja, lebih banyak wisatawan yang datang ke sini. Jogja tidak hanya sekitar Malioboro saja. Kotagede juga masih bagian dari Jogja dengan sejuta kisah panjang yang mengiringinya.
Â
Sumber:
(1) (2) (3) (4)Â
Lihat Joglosemar Selengkapnya