Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Sena Tak Ingin Menanti Hilal

23 Mei 2020   03:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   02:56 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah salat magrib dan makan, Sena melihat televisi. Ia ingin memastikan hilal telah tampak. Ia ingin memastikan sebentar lagi seluruh kegembiraan itu akan datang menemuinya. Namun, setelah beberapa lama menanti tayangan televisi, ia harus menelan kekecewaan. Hilal rupanya belum tampak.

“Hasil pengamatan di Tanjuk Kodok Lamongan memastikan hilal belum tampak. Pengamatan sudah dilakukan selama beberapa jam,” begitu ulasan reporter yang ia lihat dari layar kaca.

Sena mulai bimbang. Jika hilal tak tampak berarti di tempat mengajinya tidak ada takbiran. Ah tak mengapa. Ia akan berada di rumah saja sembari menunggu kedatangan ayah ibunya. Ia ingin menyambut ibunya dan bercerita bahwa ia sudah bisa berpuasa penuh lagi tahun ini.

Sejam dua jam kedatangan mereka tak tampak tanda-tandanya. Sena mulai mengantuk dan akhirnya tertidur pulas. Ia baru terbangun sekitar pukul 9 malam dan kedua orang tuanya belum juga tiba. Sena memilih mengunci pintu agar ia bisa tidur selepas menjalankan salat isya.

Sena masih tak bisa tidur dengan nyenyak. Beberapa kali ia bermimpi bertemu ibunya. Dalam mimpi itu, sang ibu mendengarkan segala ceritanya. Ibunya hanya tersenyum sembari mengusap rambutnya.

Sena akhirnya bangun saat azan subuh hampir berkumandang. Orang tuanya tak jua datang.


Ia pun mencoba tetap tenang dan  makan sahur untuk terakhir kalinya dari sisa nasi bungkus yang ia makan untuk berbuka puasa. Hari ini hilal pasti tampak. Tetapi, ia sudah tak memperdulikannya. Ia hanya ingin ayah ibunya segera pulang untuk berlebaran bersama.

Di sisa hari itu, Sena hanya duduk termenung sambil memandangi obor yang sedianya ia gunakan untuk takbir bersama.  Ajakan rekan-rekannya untuk memainkan kentungan agar bisa bertakbir dengan meriah pun ia tolak.

Sena masih bingung dan bertanya di manakah ayahnya gerangan. Ia sudah tak peduli lagi dengan kedatangan ibunya yang penting ia tak berlebaran sendirian.

Hari berlalu dengan cepat. Laporan pengamatan di televisi menyatakan hilal sudah tampak. Tapi Sena sudah semakin tak peduli. Ia bingung apa yang harus ia perbuat. Ia pun pergi ke tetangganya yang memberinya hantaran makanan malam lebaran untuk mencari tahu keberadaan ayahnya. Mereka pun juga tak tahu keberadaan ayah Sena. Yang mereka tahu, sang ayah hanya naik sepeda dengan baju rapi saat Sena mengaji. 

Sena benar-benar sedih dan semakin bingung. Malam takbiran itu ia lalui dengan duduk termenung di beranda rumahnya. Dengan duduk di atas dipan, ia melihat teman-temannya bersenda gurau sembari bertakbir. Harusnya ia gembira dan sudah sepantasnya ia merasakan suka cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun