Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Sena Tak Ingin Menanti Hilal

23 Mei 2020   03:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   02:56 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Viddsee.com/ SC pribadi

Surau kecil di balik bukit itu ramai oleh anak-anak. Mereka mengkhatamkan juz amma hingga menjelang maghrib tiba. Suara kecil mereka menjadi nada yang menggetarkan desa itu di penghujung Ramadan.

Ustad Fatih lalu memberi sedikit pengumuman singkat usai mereka mengaji.

“Anak-anakku. Hari ini adalah penghabisan Ramadan. Kita tunggu pengumuman dari pemerintah akan kepastian malam Idulfitri. Nanti jika sudah ada pengumuman, selepas berbuka kalian siap dengan obor dan kentungan, ya!”

Pengumuman itu segera disambut meriah oleh anak-anak. Mereka bertepuk tangan dan saling berangkulan. Sudah sebulan lamanya mereka menahan haus dan lapar. Tak terkecuali bagi Sena yang pada tahun ini kali kedua ia bisa berpuasa penuh.

Sena pun pulang saat azan hampir berkumandang. Guru mengajinya sengaja meminta anak-anak pulang untuk berbuka di rumah dan menyiapkan segala hal jika memang malam itu adalah malam takbiran.

Saat tiba di beranda rumahnya, ia tak mendapati ayahnya yang tadi sedang sibuk membuat obor untuknya. Ia hanya melihat obor itu sudah jadi tergeletak di atas sebuah dipan yang sering digunakan ayahnya bersantai di siang hari sembari ditemani semilir angin.

Ia ambil obor itu dan mencari keberadaan ayahnya di dalam rumah.

Tak ada siapapun. Ia hanya mendapati sebungkus nasi rendang yang tersaji di atas meja makan lengkap dengan minuman  teh hangat. Di dekatnya, sepucuk kertas yang ia yakini dari ayahnya tergeletak. Sena pun membaca perlahan.

“Makanlah, Nak. Aku sedang menjemput ibumu”.

Sena melonjak girang. Ia membayangkan ibunya sebentar lagi pulang. Ia pun menunggu suara azan berkumandang di meja makan. Dadanya serasa berbunga-bunga. Sudah ia bayangkan berapa banyak baju dan mainan yang akan ia dapat dari ibunya. Apalagi, barang-barang itu semuanya dibeli dari negeri Singa yang tak semua temannya memilikinya.

Sena makan amat lahap saat berbuka puasa itu. Nasi rendang daging yang dibelikan ayahnya benar-benar enak. Biasanya, ia hanya makan tahu dan tempe atau ikan asin. Barangkali, ayahnya juga memberinya hadiah karena ia sudah berpuasa selama sebulan penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun