Belum puas mencari jejak peradaban islam di kawasan pesisir Semarang, saya pun berjalan-jalan ke kawasan Kota Lama Semarang yang kini penuh dengan para pelancong. Saya langsung menuju ke sebuah masjid yang menurut catatan sejarah juga tidak lepas dari perkembangan perdagangan Semarang.
Masjid tersebut adalah Masjid Agung Pekojan Semarang. Entah kebetulan atau tidak, warna hijau masjid ini mirip dengan warna Masjid Menara Layur.
Hanya saja, dominasi warna kuning Masjid Pekojan yang membedakannya. Saya datang tepat saat Salat Asar berlangsung. Selepas menunaikan salah satu salat wajib tersebut, saya pun berkeliling sebentar.
Konon, pohon yang biasa digunakan untuk mengusir jin dalam tubuh manusia ini berasal dari Gujarat. Beberapa buah bidara yang jatuh ke tanah menjadi pemandangan unik saat berada di masjid tersebut.
Ornamen bulan sabit yang berada di atas mihrab imam menjadi keunikan khas masjid ini. Arsitektur masjid yang masih memertahankan aslinya membuat siapa saja betah lama-lama berada di sana.
Salah satunya adalah bentuk kipas sederhana yang terukir pada daun pintu dari kayu jati. Ada pula jendela kecil dengan kaca berbentuk bunga yang masih terawat baik. Langit-langit yang terbuat dari kayu juga membuat masjid ini terlihat lebih lapang walau sebenarnya luasnya cukup sempit.
Sosok Syarifah Fatimah ini dikenal sebagai sosok yang suka menyembuhkan orang. Bisa jadi, keberadaan pohon bidara yang dikenal menyembuhkan berbagai macam penyakit masih berhubungan dengan keberadaan sosok ini.
Yang jelas, masjid ini menjadi salah satu masjid yang bersejarah dan terawat hingga kini. Juga menjadi bukti nyata dari pelajaran sejarah yang saya pelajari dulu bahwa penyebaran agama Islam dilakukan oleh pedagang dari Gujarat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!