Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mempertanyakan Nasib Kaum Miskin Jalanan Kala Wabah Corona Menyerang

3 April 2020   09:28 Diperbarui: 4 April 2020   06:05 3433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wali Kota Malang Sutiaji bersama para gelandangan di jalanan Kota Malang di suatu kesempatan (Dokumentasi pribadi)

Yang menjadi kesulitan utama adalah mereka banyak berasal dari luar Kota Malang. Masalah ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial. Mereka memanfaatkan los-los pasar, stasiun, dan makan sebagai tempat tidur mereka. Walau seringkali ditertibkan dan dipulangkan ke daerah asal, tetap saja mereka kembali lagi ke Kota Malang.

Walaupun dengan adanya wabah corona yang menjangkiti Malang membuat kota ini menjadi sepi dan lumpuh sebagian, tetap saja harapan untuk mendapatkan makanan di kota ini masih ada. 

Tentu, dengan pembatasan keberadaan warung PKL ini, mereka akan juga kesulitan mendapatkan makanan dari sisa-sisa warung dan rumah makan yang selama ini menjadi harapan mereka.

Masalah gelandangan dan pengemis ini merupakan salah satu masalah klasik dan semakin membuat runyam bagi pemerintah daerah. Tak hanya di Kota Malang saja. 

Jika pemda memberikan bantuan kepada mereka tentu anggaran yang dimiliki tidak akan cukup. Jika dikembalikan paksa ke daerah asal, dengan kondisi yang kurang menguntungkan seperti sekarang ini rasanya juga perlu pertimbangan. 

Terlebih, kini status Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Orang Dengan Risiko (ODR) disandang bagi siapa saja yang baru berpindah kota. Status ini pun juga menambah daftar dan beban kerja tenaga medis yang kini mulai kewalahan akibat wabah corona ini.

Jadi, yang bisa dilakukan adalah upaya berkesinambungan dan kerja sama efektif antara satu pemda dengan pemda lain dalam menangani masalah ini. 

Entah menampung mereka di suatu tempat khusus agar tidak banyak berkeliaran di jalan raya. Dengan kehidupan yang tidak layak dan sanitasi yang buruk, tentu potensi penularan penyakit covid-19 akan semakin besar. Saat mereka kontak dengan warga biasa dengan jarak yang cukup besar pun akan semakin terbuka.

Beberapa negara dengan anggaran yang cukup menyulap motel yang tidak digunakan sementara waktu untuk menampung mereka. Langkah seperti ini diambil oleh Amerika Serikat. Pemerintah Prancis bahkan menyulap hotel untuk menampung mereka selama wabah berlangsung.

Jika hal ini dilakukan di Indonesia, jelas tidak mungkin karena keterbatasan biaya. Yang perlu dilakukan adalah menampung mereka di bangunan yang masih layak semisal barak atau tempat lain yang sekiranya memiliki faslitas sanitasi yang memadai. Jikalau mereka dipulangkan ke daerah asal, maka pemda asal juga wajib menampung mereka dan mengobservasi mereka. Tidak dibiarkan dan dipulangkan begitu saja.

Atau jika tidak, selama wabah ini mereka bisa diberdayakan untuk membuat peralatan yang mendukung kesehatan semisal masker dari kain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun