Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

KA Tumapel yang Semakin Sepi Ditinggal oleh Penumpangnya

20 Januari 2020   08:11 Diperbarui: 20 Januari 2020   10:00 5698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penumpang KA Tumapel turun di Stasiun Malang - Dokumen Pribadi

Sejak perubahan Gapeka per 1 Desember 2019 kemarin, ada perubahan drastis yang terjadi pada beberapa perjalanan kereta api lokal.

Salah satunya adalah KA Tumapel. KA relasi Surabaya Gubeng-Malang PP ini merupakan KA lokal terminasi yang berangkat paling pagi dari Malang dan paling malam dari Surabaya. Biasanya, KA ini menjadi pengapesan -- opsi terakhir --  bagi penglaju Malang-Surabaya yang tidak dapat tiket pada KA Penataran.

Saya menggunakan kereta ini jika berniat akan transit lama di Surabaya. Mampir ke rumah teman dulu, mandi, menonton film di bioskop, atau sekadar jalan-jalan di Mal dalam waktu lama. Dari KA Logawa yang sampai di Surabaya sekitar jam 3 sore, ada waktu sekitar 5 jam untuk bersantai sejenak.

Sebelum Gapeka baru, saya harus bersiap di stasiun paling tidak pukul setengah 8 malam. Kereta akan berangkat pukul 8 kurang 10 menit dan sampai di Malang sekitar pukul setengah 11 malam. Lumayanlah bagi saya masih wajar karena masih ada waktu untuk istirahat lebih panjang di Malang.

Namun, selepas Gapeka baru yang berlaku sejak awal Desember kemarin, KA Tumapel yang menjadi andalan kedua saya harus berangkat lebih malam. Tepatnya, pukul setengah sembilan lebih tujuh menit, kereta baru lepas dari Stasiun Surabaya Gubeng. 

Tak hanya itu, waktu tempuh kereta ini jauh lebih lama. Jika biasanya hanya perlu menempuh waktu sekitar 2 jam setengah, kini menjadi sekitar 3 jam lebih.

Makanya, kalau masih memungkinkan, saya lebih memilih naik bus Surabaya-Malang, entah dengan kelas apapun walau harus siap bertarung sampai titik darah penghabisan dengan penumpang lain di Terminal Purabaya. Maklum, saya hampir selalu pulang pada hari Sabtu saat puncak arus balik para pekerja asal Malang yang mencari nafkah di Surabaya.

Terlebih, tol Pandaan-Malang yang telah tersambung hingga Singosari membuat waktu tempuh lebih cepat jika saya memilih bus Patas. Meski demikian, kalau benar-benar tidak terburu-buru, saya masih setia dengan kereta ini. Alasannya simpel. Harga tiketnya sangat murah hanya 10.000 rupiah saja. Saya juga masih lebih memilih menghindari "keganasan" para calon penumpang bus Surabaya-Malang yang berebut bus  untuk segera pulang. Intinya, saya ingin woles saja.

Uniknya, dengan adanya Gapeka yang baru, saya melihat antusiasme para penumpang KA ini malah semakin menurun. Dulu, saya sering tidak mendapatkan tiket tempat duduk. Saya harus rela duduk di dekat bordess kereta dan baru bisa dapat duduk di Stasiun Bangil. Saat banyak penumpang yang turun.

Kini, saya malah bisa mendapatkan kelonggaran dari tempat duduk yang saya tumpangi lantaran tak ada satu pun penumpang yang ada di dekat saya. Padahal, saya memilih di kereta nomor 3 dan 4 yang sering mendapatkan peron di stasiun dan paling mudah untuk naik turun. 

Kondisi kabin kereta yang sepi. Dokumen Pribadi
Kondisi kabin kereta yang sepi. Dokumen Pribadi
Saat kereta berjalan dari Stasiun Surabaya Gubeng, saya kira akan banyak penumpang yang naik di Stasiun Wonokromo. Ternyata pikiran saya salah. Di stasiun itu juga tak banyak penumpang yang naik. 

Demikian pula yang terjadi di Stasiun Waru dan Sidoarjo, dua stasiun yang biasanya memuat banyak penumpang. Bahkan, di beberapa stasiun kecil seperti Gedangan dan Porong tak satu pun penumpang naik. Biasanya masih ada lho paling tidak 5 hingga 10 penumpang.

Kereta malah lama berhenti lama untuk bersilang dengan kereta lain di dua stasiun tersebut. Saking lamanya, saya malah bisa tidur pulas hinga pengumuman kereta berhenti yang cukup keras terdengar di Stasiun Bangil. Di sini, para penumpang banyak yang turun sehingga kereta benar-benar semakin sepi menuju tepat tengah malam.

Waktu tempuh yang lama dan keberangkatan kereta yang lebih malam bisa jadi alasan menurunnnya okupansi kereta ini. Saya juga melihat wajah-wajah tak semangat dari para penumpang karena hari sudah larut. 

Ya sudahlah, naik kereta murah ya enggak boleh komplain. Itu saja sih yang ada di pikiran saya. Yang penting sudah sampai selamat di Malang dengan nyaman.

Tak ada penumpang berdiri . - Dokumen Pribadi
Tak ada penumpang berdiri . - Dokumen Pribadi
Malah, saya bisa menyelonjorkan kaki yang tak bisa saya dapatkan jika kereta ramai. Beberpa penumpang malah menggunakan bangku panjang yang memuat 3 penumpang sebagai ranjang untuk tidur. Dan saat kondektur atau polsuska lewat tak ada teguran yang terjadi. Lantaran semua penumpangnya hening dalam alam mimpinya masing-masing.

Beberapa prami juga masih berlalu-lalang menawarkan makanan ringan dan mie instan hangat sebagai teman perjalanan. Saya sih tidak tertarik dan kalau boleh malah lebih memilih menyewa bantal. Lumayan waktu 3 jam digunakan untuk tidur lebih nyaman dengan kondisi kereta yang sangat sepi tersebut.

Saya malah bisa menyelonjorkan kaki. - Dokumen Pribadi
Saya malah bisa menyelonjorkan kaki. - Dokumen Pribadi
Hanya satu hal yang membuat saya ketar-ketir adalah jika kereta ini dihapuskan. Seperti halnya KA Kalijaga yang harus mengakhiri perjalanannnya di akhir 2019 kemarin. 

KA relasi Semarani-Solo PP ini berhenti karena subsidi operasionalnya dicabut oleh PT KAI. Kalau hal ini terjadi pada KA Tumapel wah rasanya sayang sekali. Alasannya, banyak penumpang yang tidak kebagian tiket KA Penataran sore menjadikan KA ini sebagai tumpuannya. Saya adalah salah satunya.

Para penumpang bisa leluasa tidur saking sepinya. Dokumen Pribadi
Para penumpang bisa leluasa tidur saking sepinya. Dokumen Pribadi
Keberadaan KA lokal yang murah meriah ini masihlah dibutuhkan. Selain bersaing dengan moda transportasi bus, KA Tumapel juga bersaing dengan KA Lokal Surabaya-Bangil yang rutenya telah diperpanjang. Jadi, walau perjalanan dilakukan saat akhir pekan, dengan suasana hening, KA Tumapel masih melaju perlahan hingga menuju Malang.

Sekian dan sampai jumpa pada perjalanan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun