Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Balada Pindah Posisi Tempat Duduk Kereta Api

6 Januari 2020   08:47 Diperbarui: 7 Januari 2020   12:14 4254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kereta ekonomi lokal.

Ada seorang ibu A bertukar posisi tempat duduk dengan Mbak B. Karena tempat duduk ibu A berada di ujung lorong, Mbak B bertukar dengan Mas C. Mbak B mau jika tempat duduknya berada di dekat jendela. Lalu, ada Bapak D yang baru naik dari Stasiun X kaget ternyata tempat duduknya digunakan oleh ibu A.

Ia mencari tempat duduk lain tetapi belum ketemu. Ibu A yang merasa bertanggung jawab atas tukar-menukar itu lalu meminta Bapak D menempati dulu kursi milik C. 

Entah bagaimana ceritanya, ibu A bisa menemukan satu kursi kosong dan meminta Mas C pindah ke sana. Karena Mas C sudah PW alias posisi wenak, ia keberatan dan meminta Bapak D saja yang menempati kursi kosong itu.

Apesnya, saat kereta tiba di stasiun Y, ibu E yang kursinya ditempati naik. Ia tak terima dan meminta haknya. Cekcok pun terjadi karena semua sama-sama tak mau mengalah.  Adu argumen pun ternjadi karena ibu A yang merasa paling bertanggung jawab atas kegiatan itu ingin posisi duduknya sesuai dengan apa yang ia kehendaki.

Saya -- yang mulai tidak nyaman -- sempat ingin memanggil kondektur kereta dan polsuska agar masalah bisa teratasi. Namun, saya tidak menemukan nomor WA kondektur di dinding kereta seperti biasanya. Makanya, cekcok itu saya amati sambil melihat siapa saja yang benar-benar tidak mau mengalah.

Untunglah, Bapak D yang tampak bijak mau mengalah. Ia bahkan mau menunggu kondektur dengan berdiri di dekat pintu. Masalah baru selesai karena ternyata ada satu orang penumpang yang sebenarnya tidak memiliki tiket duduk menggunakan fasilitas itu.

Sebuah cerita panjang ini berlangsung beberapa hari yang lalu. Saya dan beberapa penumpang di depan saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak selamanya menaiki kereta api bisa dilakukan dengan nyaman. 

Salah satu hal yang paling tidak saya sukai adalah ketika tempat duduk kita digunakan oleh orang lain dan ia tak mau pindah dari tempat duduk yang sudah menjadi hak kita.

Padahal, untuk medapatkan tempat duduk itu, kita sudah memesan tiket jauh-jauh hari. Sudah menyiapkan diri dengan posisi yang akan kita tempati. Dan kita sudah pula bersiap jika ada pemeriksaan tiket karena kita duduk sesuai dengan nomor kursi yang kita punya.

Kalau misalkan pergantian posisi itu masih satu baris itu tak menjadi masalah. Misalkan, posisi duduk saya yang awalnya di dekat jendela dengan kode A kemudian diganti dengan kode C yang dekat dengan gang. Saya pun maklum karena saya juga akan kesulitan untuk masuk menempati tempat duduk saya yang sebenarnya.

Beberapa penumpang yang masuk dalam pusaran pindah posisi tempat duduk saling klaim haknya layaknya sengketa wilayah laut. - Dokpri.
Beberapa penumpang yang masuk dalam pusaran pindah posisi tempat duduk saling klaim haknya layaknya sengketa wilayah laut. - Dokpri.
Yang menjadi masalah adalah jika posisi tempat duduk yang harus dipindah terlalu jauh. Misalkan dari nomor kursi 1 menjadi nomor kursi 14, rasanya kok malas ya. Belum lagi, menempati posisi tempat duduk yang tidak sesuai dengan tiket juga riskan.

Kadang, entah bagaimana sistem yang terjadi, posisi yang sudah dipindah itu ternyata juga ditempati oleh penumpang yang baru naik dari stasiun tertentu. Alhasil, kegiatan klaim kursi kereta pun akan berlangsung. Jika tak ada yang mengalah, maka ya bisa adu argumen.

Saya baru ikhlas merelakan kursi saya ditempati jika ada simbah yang tak kebagian tempat duduk. Biasanya, simbah ini baru membeli tiket beberapa jam sebelum keberangkatan kereta sehingga mendapatkan tiket berdiri. 

Namun, jika kursi saya ditempati mas-mas, mbak-mbak, ibu-ibu, atau bapak-bapak yang masih kuat berdiri atau mulai ribet dengan acara pindah-pindah kursi, maka saya tetep kukuh dengan kursi yang saya miliki.

Biasanya, mereka baru takut jika ada polsuska dan kondektur yang melintas untuk mengecek tiket. Sayangnya, pengecekan tiket baru berlangsung setelah kereta melewati lebih dari 3 stasiun dari stasiun keberangkatan. Saat kereta berhenti di 3 stasiun itu, ya acara klaim tempat duduk pun terjadi.

Alasan utama penumpang yang ingin pindah posisi tempat duduk biasanya agar bisa dekat dengan keluarganya. Mengingat posisi tempat duduk KA lokal tidak bisa dipilih dan ditentukan secara acak, maka biasanya satu rombongan mendapatkan kursi yang terpisah.

Saya pun biasanya juga mengikhlaskan menukar posisi tempat duduknya jika ada anak kecil yang terpisah dari ibu atau ayahnya. Tidak mungkin juga kan saya menutup mata melihat anak kecil duduk sendirian jauh dari orang tuanya.

Namun, jika anggota rombongan itu sama-sama dewasa dan ingin menukar posisi tempat duduk karena ingin bercakap-cakap, saya kok tidak rela ya. Ini pelajaran juga agar tetap tunduk pada peraturan dan tidak merugikan penumpang lainnya.

Sebenarnya, pihak KAI sudah sering memberi imbauan dan peringatan untuk duduk sesusai nomor yang tertera di tiket kereta. Selain untuk mempermudah pengecekan tiket, tentunya menghindari acara klaim tempat duduk ini.   

Bagaimana dengan Anda, pernahkan mengalami kejadian klaim tempat duduk ini?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun