Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Kedigdayaan PDIP, PSI, dan PKS di Luar Negeri

21 April 2019   09:09 Diperbarui: 22 April 2019   11:24 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota PPLN Beijing melakukan penghitungan surat suara Pemilu 2019 yang dikirimkan oleh para pemilih WNI dari berbagai daerah di China melalui pos di KBRI Beijing, Rabu (17/4/2019). - ANTARA/M. Irfan Ilmie

Sejenak melipir dari hiruk pikuk pilpres dan melihat konstelasi pileg yang tak kalah seru.
Pemungutan suara pemilu serentak juga dilakukan di luar negeri yang berlangsung beberapa hari sebelum 17 April. Pelaksanaannya memang menuai banyak kontroversi. Semisal, TPS yang tak bisa menampung jumlah pemilih, surat suara yang sudah tercoblos, dan lain sebagainya.

Sebagian PPLN telah melakukan perhitungan suara, baik pilpres maupun pileg. Dari hasil tabulasi suara yang masuk ke situng KPU, baru sekitar 14% suara masuk. Atau, sudah ada 446 dari 3.174 TPS sudah merampungkan perhitungannya. Data ini diambil pada 21 April 2019.

Menariknya, hasil pileg dapil luar negeri yang digabungkan dengan dapil DKI Jakarta 2 memunculkan 3 partai politik yang begitu mendominasi. Tiga partai politik tersebut mendulang suara di atas 10% dan cukup jauh mengungguli partai-partai lain.

Ketiga partai politik tersebut adalah PDI Perjuangan (33,18%), PSI (20,82%), dan PKS (13,59%). Partai Solidaritas Indonesia (PSI) cukup mencuri perhatian diaspora yang sedang bekerja di perantauan. PSI pun menggeser PKS sementara waktu dalam berebut suara dengan PDI Perjuangan seperti yang terjadi pada pileg 2014 lalu.

PDI Perjuangan masih digdaya untuk dikalahkan di luar negeri. Efek Jokowi masih mengikuti partai berlambang moncong putih ini. PDIP memuncaki perlolehan suara di sebagian besar TPS dan perhitungan kotak pos yang dilakukan. Kemenangan paling mencolok PDIP terjadi di Singapura. Panitia Pemilihan Singapura telah merampungkan seluruh perhitungan suara.

Hasil pileg sementara dapil luar negeri. - situs KPU.
Hasil pileg sementara dapil luar negeri. - situs KPU.

Dari 59 TPS yang melakukan perhitungan, PDIP meraih suara 42,48%. Disusul PSI dengan 21,28%, dan Golkar sebanyak 7,36%. Sementara, PKS hanya mampu meraih suara sekitar 4,26% dan berada pada posisi keenam.

Di Penang, Malaysia, untuk sementara, PDIP juga unggul dengan 31,36%. Disusul PKS 14,85% dan Gerindra dengan 10,15%. PSI hanya berada di posisi kedelapan dengan raihan 4,78%. Suara yang masuk masih sekitar 30% atau 38 dari 124 TPS yang tersedia.

Uniknya, PDIP dan PSI bersaing ketat di beberapa daerah pemilihan. Selisih suara dua parpol ini begitu tipis dan jauh mengungguli partai-partai lain. Beberapa wilayah yang menjadi ajang pertarungan PDIP dan PSI antara lain Bangkok, Frankfrut (Jerman), Houston (AS), Melbourne, dan Perth (Australia).

Hasil pileg di Bangkok mencatatkan PSI menjadi jawara dengan raihan 30,47%. PDIP membuntuti dengan total suara sebesar 28,65%. PKS berada di posisi ketiga dengan 14,69%. Ketiga partai ini jauh meninggalkan partai-partai lain yang mendaptkan suara di bawah 5%.

Kemenangan cukup telak PSI terjadi di Frankfurt, Jerman. PSI mendulang suara 38,04% mengungguli PDIP yang meraih 31,32%. PKS tetap menjadi jawara tiga dengan 10,68%. Lagi-lagi, partai politik lain tak mampu meraih suara di atas 5%.

Hasil Pileg di Frankfrut, Jerman. - Situs KPU.
Hasil Pileg di Frankfrut, Jerman. - Situs KPU.

Rivalitas PDIP dan PSI terlihat jelas di Perth, Australia. PSI mengungguli PDIP dengan raihan 38,6%. PDIP membuntuti dengan selisih tipis yakni 34,55%. PKS harus puas kembali berada di posisi ketiga dengan raihan 8,93%. Untuk kesekian kali, partai-partai lain tak mampu mendulang suara di atas 5%. Beberapa parpol juga ada yang mendapat suara di bawah 0,5% yakni Garuda, Berkarya, PBB, Hanura, dan PKPI.

Persaingan sengit PDIP dan PSI memang diprediksi. Beberapa pemilih Jokowi di luar negeri kerap mengalami kegundahan antara memilih PDIP atau PSI. Memilih PDIP berarti mendukung Jokowi secara penuh karena Jokowi merupakan kader PDIP.

Namun, ada pemikiran pula bahwa penyegaran parlemen tetap diperlukan. PSI hadir sebagai jawaban atas kegundahan terhadap pola kerja DPR yang cukup buruk di periode lalu. PSI pun gencar menyasar dapil luar negeri dan memasang kader terbaiknya, 

Tsamara Amany sebagai calon wakil rakyat dari dapil Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri. Tsamara pun dengan gencar berkampanye hingga ke perkebunan di Malaysia untuk menjaring pemilih luar negeri. Sayang, harapan PSI untuk masuk ke DPR kandas lantaran tidak memenuhi ambang batas parlemen.

Maka, dua parpol ini mendominasi perolehan suara diaspora di wilayah negara yang mayoritas nonmuslim. Di wilayah pemilihan yang merupakan negara mayoritas muslim, PKS masih merajai. Kedekatan ideologis antara PKS dengan para diaspora yang berada di negara-negara tersebut masih tidak bisa dilepaskan.

Salah satunya adalah di wilayah Ankara, Turki. PKS menjadi jawara dengan menguasai sekitar 42% suara. PDIP menyusul dengan 15,34% dan diikuti Gerindra dengan 8,73%. PKS menang telak di Doha, Qatar dengan perolehan suara lebih dari 50%, yakni 51,78%. Suara PKS jauh mengungguli PDIP dan PSI yang hanya meraih sekitar 10%.

Kemenangan telak PKS juga terjadi di Kairo. PKS berhasil menyapu suara dengan raihan sekitar 54%. Posisi kedua dan ketiga justru ditempati PKB dan Gerindra yang meraih suara sekitar 10% dan 8% suara. Partai-partai nasionalis tak mampu meraih banyak suara.

Sayangnya, suara untuk wilayah pemilihan Riyadh, Arab Saudi belum masuk situng KPU. Hasil di Arab Saudi ini menarik untuk disimak untuk dibandingkan dengan hasil exit poll yang tersebar luas beberapa saat sebelum pemungutan suara di dalam negeri. 

Hasil exit poll tersebut menunjukkan PKB mendominasi dengan raihan sekitar 25%, disusul PDIP sekitar 23%, dan Gerindra 18%. Ada pula yang mengklaim PKS menang dengan raihan 45%, disusul Gerindra dan PDIP dengan 15%. Masih banyak pihak yang meyakini kebenaran exit poll ini. Untuk itulah, perbandingan dengan hasil KPU cukup penting agar berpikir lebih bijak dalam menyikapi exit poll pada pemilu selanjutnya.

Minimnya suara parpol selain PDIP, PKS, dan PSI dalam dapil luar negeri sebenarnya cukup menarik untuk dicermati. Bisa jadi, pemilih luar negeri yang kebanyakan telah melek informasi dengan cukup tinggi lebih banyak menyaring berita dan melihat dengan detail sepak terjak parpol tersebut. 

Atau mungkin, ada pola yang seragam antara pemillih capres dan parpol. Pemilih paslon 01 akan memilih PDIP atau PSI dan paslon 02 akan memilih PKS. Walau, dua calon presiden tersebut diusung dari beberapa parpol.

Yang jelas, persaingan antara parpol yang menguasai dapil luar negeri masih akan terjadi pada pemilu mendatang. Jika PSI gulung tikar, maka PDIP dan PKS yang akan berebut suara kembali seperti pileg 2014 lalu. Jika PSI masih eksis, maka ketiga partai ini akan terus bersaing berebut suara para diaspora yang jauh dari kampung halaman.

***

Sumber:

(1) (2) (3) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun