Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Lain di Balik Angkernya Museum Kesehatan Surabaya

1 Juli 2018   10:17 Diperbarui: 1 Juli 2018   15:59 4369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jelangkung dan Nini Thowok ternyata juga bisa digunakan media pengobatan terutama anak-anak. Caranya dengan menuliskan penyakit sang anak melalui kapur yang ditancapkan pada boneka. Dengan magis, kedua boneka ini akan memberi tahu cara pengobatan penyakit seorang pasien | Dokumen Pribadi

Saya masih belum yakin kalau bangunan tua di depan saya itu adalah sebuah museum.

Selepas tiba di bilangan Jalan Indrapura Surabaya, hati saya masih bimbang. Seperti biasanya, teriknya panas langsung menghujam tubuh saya. 

Tampak samar-samar di seberang jalan sebuah bangunan sekolah SMA Katolik Stella Maris yang masih sepi karena libur. Memberanikan diri masuk ke dalam bukanlah pekerjaan mudah. Masih antara ya dan tidak, langkah kaki saya terasa berat.

"Museumnya buka, Pak?" tanya saya kepada sang satpam.

"Oh, buka, Mas. Masuk saja. Sepeda motor diparkir di dalam."

Langkah saya menjadi ringan. Saya hanya takut kalau kedatangan saya ke sini akan gagal lagi lantaran museum ini tutup. Selepas memarkir motor, saya dan teman lalu beranjak ke lokasi di mana museum berada.

Menempati bangunan bekas rumah sakit tua, bangunan bercat merah muda ini menyiratkan betapa kontrasnya ia diantara gedung pencakar langit di pusat Surabaya.

Setelah melangkah beberapa saat, saya tiba di pintu loket. Seorang petugas pria paruh baya siap melayani saya dengan ramah. Beliau meminta saya membayar tiket seharga 1500 rupiah untuk tiap orang.

Sang petugas mengarahkan kami agar mengikuti alur kunjungan yang terdiri dari 3 bagian, yakni kesehatan sejarah, kesehatan iptek dan kesehatan budaya.

Loket museum. - Dokumen Pribadi
Loket museum. - Dokumen Pribadi
Membuka pintu ruang kesehatan sejarah adalah uji nyali yang sangat paripurna. Tidak ada petugas museum, tidak ada pengunjung lain, dan tidak ada suara lain selain desahan angin yang bertiup samar.

Pintu pun kami buka. Alangkah terkejutnya kami ketika melihat aneka peninggalan yang ditata rapi sedemikian rupa. Dengan pencahayaan yang cukup terang, sebenarnya ruangan ini sangat nyaman. Hanya, masalah kembali ke suasana awal. Sepi.

Gambaran mengenai sejarah kesehatan dipamerkan, baik di dunia maupun di Indonesia. Informasi mengenai sejarah teknik mengobati orang di berbagai belahan dunia hingga gambaran wabah penyakit menular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun