Mohon tunggu...
Ikrimatul Fuadah Adyan
Ikrimatul Fuadah Adyan Mohon Tunggu... Saya seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta.

Menulis adalah hal yang paling saya senangi sebab itu adalah hal terbaik untuk mengenal diri sendiri. Di dalam setiap kata yang tergores, ada kejujuran yang mungkin sulit diungkapkan secara lisan. Saat menulis, kita bisa berbicara tanpa batas, tanpa takut dihakimi, tanpa perlu menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Bagi sebagian orang, menulis hanyalah aktivitas biasa, tetapi bagi saya, menulis adalah tempat pulang. Kata-kata menjadi rumah bagi segala emosi—bahagia, sedih, marah, atau rindu. Dalam tulisan, seseorang bisa menjadi apa saja, menciptakan dunia yang tak terbatas oleh realitas, atau sekadar mencurahkan isi hati dalam bentuk jurnal pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sumur Ilusi

16 Maret 2025   21:45 Diperbarui: 18 Maret 2025   10:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jadi apa yang akan orang itu lakukan supaya bisa keluar dari lubang sumur itu?" Tanyaku penasaran dengan ujung cerita yang belum diselesaikan. 

"Orang itu justru malah menggali lubang sumur lebih dalam," Matanya menatap jauh ke arahku. 

Aku mengernyitkan dahi dan memasang ekspresi tidak percaya. Cerita temanku kali ini di luar logika manusia. Siapapun akan berpikir bahwa rencana itu, sampai kapanpun, tidak akan pernah berhasil membawanya keluar. 

"Dari banyaknya cara yang bisa dilakukan, dia memilih menggali sumur lebih dalam berharap ada jalan keluar yang akan ditemui nantinya," Ujarnya mencoba menjawab segala pertanyaan dalam kepalaku.  

Aku terdiam, mencoba mencerna maksud dari cerita ini. "Tapi bukannya itu justru membuatnya semakin terjebak?" tanyaku akhirnya.

"Ya, itu maksudku. Dia hanya melakukan kesalahan yang sama, berharap hasil yang berbeda. Dia takut menghadapi kenyataan di hadapannya sehingga memilih untuk menggali lebih dalam ke dalam ilusi dirinya sendiri,"

Temanku tersenyum tipis. "Mungkin. Tapi bisa juga tidak. Kadang, kita menganggap sebuah jalan sebagai solusi, padahal itu hanya membawa kita lebih dalam ke masalah yang sama. Kita berlari menghindari masalah itu, padahal kemanapun kita pergi, dia akan selalu menghampiri,"

Aku termenung, membiarkan kata-katanya mengendap dalam pikiranku. Sialan. Dia menyindirku dalam cerita bualannya lagi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun