Teman-temanku berpikir bahwa Aku adalah seorang workaholic. Tanpa mereka tahu bahwa kesibukan ini yang menyelamatkanku. Kesibukan ini yang membuatku tak sempat untuk berpikir dan tenggelam dalam sebuah kenangan. Tak sempat merasakan apa pun selain tuntutan dunia yang terus berputar.Â
Aku sadar cara ini bukanlah cara yang sehat. Aku sadar bahwa pada akhirnya, Â semua yang aku hindari akan kembali menghampiri saat aku kehabisan tenaga untuk berlari. Tapi untuk sekarang, aku masih ingin bertahan. Untuk sekarang, rutinitas ini masih menjadi pelarianku yang paling aman.
"Kamu pernah dengar cerita ini nggak?" Salah seorang temanku menghampiri meja kerjaku di menit-menit waktu kerja selesai.Â
"Apa?" Tanyaku sembari memasukkan laptop ke dalam tas.
"Ada seseorang yang sedang berjalan di suatu wilayah dan nggak sengaja terjerumus ke dalam lubang sumur yang sudah lama tidak dipakai. Dalamnya hanya sekitar lima meter. Dia berteriak kencang berharap ada orang lain yang menarik tangannya dari atas. Naasnya, tiada siapapun orang yang berada di wilayah itu," Perempuan berbadan agak gempal itu menarik kursi di hadapannya dan mendekatkan dirinya ke arahku.Â
"Biasanya di sumur bukannya ada katrol buat nimba air di dalamnya ya? Kenapa dia nggak manjat ke atas pakai itu?" Tanyaku menanggapi cerita yang disampaikan tadi. Temanku memang sering menceritakan hal-hal yang ku anggap tidak penting, namun selalu memiliki plot twist di akhir cerita. Entah kekuatan magis apa yang dia punya hingga aku selalu mau mendengarkan ceritanya hingga tuntas.Â
"Nah, itu dia!" temanku terperanjat seketika. Dia mencondongkan badannya ke depan, ekspresinya semakin bersemangat.Â
"Ternyata... katrolnya masih ada! Tapi talinya sudah putus dan embernya hilang entah ke mana,"
Aku mengangguk pelan, mulai merasa tertarik dengan arah cerita ini. "Terus, gimana? Dia tetap terjebak di dalam?"Â
"Alih-alih mencoba meraba dan memanjat dinding sumur, orang itu malah terdiam dan menunduk ke arah tanah yang dia pijak," Temanku mulai meragakan seolah-olah dia adalah tokoh utama yang sedang diceritakan.Â
"Dia sadar, kalau lubang sumur ini sudah lama nggak dipakai dan mulai meraba tanah di bawah kakinya, seolah mencari sesuatu. Sesekali, dia mengetuk tanah itu dengan kepalan tangannya, merasakan teksturnya yang lembab dan dingin. Wajahnya menunjukkan kebingungan, tapi juga seperti sedang menyusun rencana dalam kepalanya,"Â