Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

5 Alasan Bioetanol Menjadi Bahan Bakar Ideal Pembakaran Pada Mesin

21 Januari 2019   14:24 Diperbarui: 21 Januari 2019   14:24 5847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2019  harga minyak di pasaran semaikn meningkat saja ya. Hal ini tentu  akan berdampak  secara signifikan terhadap  berbagai aspek kehidupan masyarakat. Yang sangat sensitif tentunya semakin meningkatnya angka kemiskinan. Saya juga  masih heran kenapa pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) degan alasan penyelamatan anggaran pendapatan dan belanja negara.

Padahal anggaran negara itu sudah sangat besar, kok mesti harus ada yang diselamatkan? Mestinya dibagi-bagi dong kepada rakyat-rakyat yang membutuhkan. Umpamanya saja rakyat/warga miskin  yang amat membutuhkan uluran tangan negara untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Selain  kenaikan BBM yang memicu krisis sosial, ternyata penggunaan BBM juga mengakibatkan fenomena krisis lingkingan  lho teman-teman Kompasianer! Betapa tidak, pembakaran BBM selain menghaslkan energi juga menghasilkan gas-gas  seperti Karbondioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Oksida (SOx) dan Metana (CH4) sehingga menyebabkan bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Bertambahnya konsentrasi gas-gas ini tentu akan menyebabkan fenomena pemanasan global atau global warming yang sudah menjadi isu lingkungan baik ranah nasional maupun ranah internasional.

Dalam mengatasi permasalahan bahan bakar ini, kita perlu mencari sumber energi alternatif yang bersifat dapat diperbarui, tersedia melimpah di alam, ramah lingkungan dan relatif murah dalam pengolahannya. Oleh karena itu, banyak negara sekarang mulai mengembangkan sumber energi alternatif, salah satunya adalah pengembangan bahan bakar nabati (biofuel).

Di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif pengganti BBM. Kebijakan tersebut walaupun menekankan pada penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM, juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbarui seperti bahan bakar nabati.

Selanjutnya, pemerintah juga memberikan perhatian serius untuk pengembangan biofuel dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2006 tanggal 25 Januari tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai bahan bakar lain.

Masih ingat Bioetanol?  Dia adalah bahan bakar nabati  yang sangat berpotensi dalam mengatasi kelangkaaan premium atau bensin. Negara-negara seperti Brazil, Jepang, Amerika dan beberapa negara lainnya telah mempersiapkan sedemikian rupa dalam mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak khusunya bensin menjadi Bioetanol.

Brazil fokus dan serius memproduksi Bioetanol sebagai pengganti bensin sejak terjadinya krisis minyak  pada era 1970-an untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan Etanol mencapai 40% secara nasional. Bahan baku yang digunakan sebagai penghasil Bioetanol di negara tersebut adalah tebu. Di Amerika, diketahui Methanol digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sedangkan di Jepang campuran bensin dan 10 % Etanol digunakan untuk menggantikan bensin di seluruh Jepang (Wikipedia).

https://uk.reuters.com/article/uk-brazil-ethanol-corn/brazils-expected-rise-in-ethanol-demand-to-be-met-by-corn-based-fuel-
https://uk.reuters.com/article/uk-brazil-ethanol-corn/brazils-expected-rise-in-ethanol-demand-to-be-met-by-corn-based-fuel-
Beruntung Indonesia pun meniru upaya yang telah dilakukan oleh negara-negara tersebut. Bahkan tahun 2010 Indonesia menargetkan bahan bakar nabati mengganti 10% konsumsi bahan bakar konvensional.

Bahan yang digunaskan untk produksi Biotanol scara komersil saat ini adalah Tebu, Singkong, Jagung dan Air Aren. Bahan-bahan ini merupakan produk pertanian yang melimpah di Indonesia. Tebu dan Air Aren menghasilkan gula, sedangkan Singkong dan Jagung menghasilkan karbohidrat. Keempat jenis bahan tersebut menjadi bahan yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan Bioetanol secara komersil harganya terjangkau.

Proses Etanolisasi Singkong (bisnisukm.com)
Proses Etanolisasi Singkong (bisnisukm.com)
Diketahui pembakaran Bioetanol tidak menghasilkan Karbon Monoksida (CO), tidak seperti pembakaran bahan bakar fosil (bensin atau solar), tetapi emisi Karbon Dioksidanya (CO2) sangat tinggi. Namun emisi tersebut, bukan masalah serius karena CO2 dapat digunakan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Disamping itu, emisi NOx (Nitrogen Oksida) yang dihasilkan selama proses pembakaran juga rendah.

Dari ulasan saya di atas, dapat dirumuskan jika bahan bakar Bioetanol dapat menjadi bahan bakar yang ideal untuk pembakaran pada mesin. Berikut beberapa alasannya.

  • Memiliki bilangan oktan (research octane) yang tinggi sebesar 108,6 dibanding bensin dengan angka research octane  sebesar 88.  Research octane yang tinggi akan mencegah letupan saat pembakaran. Kemudian efisiensi bensin akan meningkat sebesar 10% dengan pencampuran bensin dan etanol dengan rasio 60:40.
  • Hasil pembakaran yang lebih bersih karena mengandung oksigen, sehingga emisi Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan rendah. Sehingga dapat menngurangi tingkat pencemaran udara. Dengan begitu, lingkungan akan bersih dan manusia yang menghirup udara dapat terhindar dari penyakit yang mungkin ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi.
  • Pembakaran Bioetanol sedikit lebih dingin sehingga dapat memperpanjang usia mesin.
  • Memiliki efisiensi yang tinggi dan dapat meningkatkan energi.
  • Bahan bakar Bioetanol memperluas pasar produk petani, terutama sektor gula. Jika Bioetanol dipoduksi skala besar oleh industri, maka akan memerlukan bahan baku seperti tebu, singkong dan jagung. Hal ini menguntungkan petani karena dapat  dengan mudah menjual hasil panennya ke industri. Sehingga bahan baku tersebut yang dipanen tidak akan terbuang dan harganya pun tidak akan anjlok di pasaran. Untuk industri sendiri, tentu akan dapat membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja.

Sekilas Tentang Bilangan Oktan

Diketahui, hal utama yang diperlukan  suatu bahan  bakar adalah sifat pembakarannya dan hal ini biasanya diukur dengan bilangan oktan. Angka oktan ini adalah ukuran kecenderungan bahan bakar untuk mengalami pembakaran tidak normal yang timbul sebagai ketukan (knocking) mesin. 

Semakin tinggi bilangan oktan suatu bahan bakar, maka semakin kecil untuk mengalami ketukan dan semakin tinggi kemampuannya untuk digunakan pada kinerja yang tinggi tanpa mengalami ketukan. Fenomena ketukan pada mesin ini akan menimbulkan daya mesin bahkan menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin.

Dengan tingginya angka oktan yang dimiliki Bioetanol, ketukan pada mesin akan berkurang, sehingga pada saat pemakaiannya, Bioetanol dapat mengurangi kerusakan mesin, sehingga performa mesin kendaraan pun menjadi semakin baik serta menghemat konsumsi bahan bakar.

Mau bahan bakar mesin berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mesin kendaraan agar performa mesin lebih optimal? Bioetanol jawabnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa dalam memilih bahan bakar bukan berdasarkan harga, namun kesesuaian dengan mesin kendaraan dan bilangan oktan.

***

Sebelum menutup tulisan ini, ada baiknya kita saksikan beberapa video yang menampilkan tentang Bioetanol sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Bensin dan Solar (Minyak Bumi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun