Mohon tunggu...
Ikhtiyatoh
Ikhtiyatoh Mohon Tunggu... Pengembara

"Jangan memaksakan diri untuk berlari jika memang tak mampu. Cukup kiranya tidak berjalan di tempat hingga hidupmu lebih bermanfaat untuk orang banyak".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop Normalisasi LGBT!

11 Juli 2025   19:03 Diperbarui: 11 Juli 2025   19:03 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risiko hidup di akhir zaman, para wanita wajib menyeleksi calon pendamping hidup lebih ketat. Untuk kesekian kali, publik dihebohkan dengan penggerebekan pesta gay. Puluhan pria bertubuh kekar dan atletis terciduk tanpa sehelai benang pun. Istilah 'pria melambai' yang selama ini kerap disematkan bagi pria penyuka sesama jenis, tampaknya sudah tak relevan lagi. Sungguh, makin hari makin sulit membedakan mana pria normal dan mana pria dengan penyimpangan seksual. Maskulinitas atau feminitas ternyata tidak bisa dihubungan dengan orientasi seksual seseorang.

Marak Pesta Gay

Sebuah video penggerebekan pesta gay bertebaran di media sosial tanpa sensor. Puluhan pria bertubuh kekar terciduk tanpa busana di sebuah kamar hotel, Senin (30/6/2025). Bahkan, di antara mereka ada yang sementara melakukan hubungan intim. Akun Instagram @warungjurnalis turut mengunggah video tersebut disertai narasi bahwa penggerebekan dilakukan di salah satu hotel di Bogor, Jawa Barat. Pekan sebelumnya, warga Bogor juga dihebohkan dengan penggerebekan pesta gay di sebuah vila di kawasan Puncak, Kecamatan Megamendung, Bogor, Minggu (22/6/2025) dini hari. 

Dikutip dari laman beritasatu.com, peserta pesta gay tersebut terdiri dari 74 pria dan 1 wanita yang berasal dari berbagai daerah. Penyelenggara pesta diketahui menyebar undangan melalui (media sosial) medsos dengan mewajibkan setiap peserta membayar Rp200 ribu. Acara yang dikemas dalam bentuk family gathering bertajuk 'Big Star Got Talent' tersebut menampilkan pertunjukkan seperti lomba menari, menyanyi, dan lainnya. Ngerinya, hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan, 30 peserta pesta dinyatakan reaktif HIV dan sifilis (25/6/2025).    

Teringat awal tahun 2025, Polda Metro Jaya juga menggerebek pesta gay di salah satu hotel di Karet Kuningan, Setiabudi. Dalam pesta tersebut, sebanyak 56 pria dengan fisik kekar dan potongan rambut cepak ditangkap. Namun, hanya 3 pria yang ditetapkan sebagai tersangka, yaitu RH, RE, dan BP. Tersangka RH dan RE berperan membiayai penyewaan kamar hotel sedangkan BP berperan merekrut peserta. Hasil pemeriksaan menyebutkan, tidak ada unsur pungutan biaya. Penyelenggara maupun peserta mengaku hanya ingin merasakan kenikmatan dalam acara tersebut (kompas.com, 5/2/2025).

Dibutuhkan Sanksi yang Tegas

Tak heran jika ramai pesta gay di bulan Juni, mengingat, bulan tersebut merupakan Pride Month atau bulan perayaan bagi kaum LGBT (lesbi, gay, biseksual, dan transgender). Mungkin, pelaku seks sesama jenis (homoseksual) baik gay maupun lesbi menganggap perbuatan mereka aman karena tidak berisiko terjadi kehamilan. Pilihan menjadi homoseksual dianggap tepat bagi mereka yang menginginkan kenikmatan tanpa pusing memikirkan tanggung jawab. Nyatanya, hubungan seks dengan lawan jenis berisiko terjadi kehamilan dan menciptakan rentetan tanggung jawab.

Baca juga https://www.kompasiana.com/ikhty85/6772c0aced64153a585b5642/merebaknya-virus-childfree-peran-ibu-kian-tak-diminati#google_vignette

Namun, homoseksual tak bisa menghindarkan diri dari penyakit kelamin. Di antara pelaku penyuka sesama jenis pasti juga berpikir akan risiko tersebut. Akan tetapi, nafsu mereka lebih tinggi dari pemikirannya. Seseorang yang hidupnya dikendalikan oleh nafsu, biasanya sulit berpikir jernih tentang dampak dari perbuatannya. Mereka hanya memikirkan kenikmatan dan kesenangan hari ini dan hari ini. Jangankan membahas dosa yang urusannya dengan akhirat, intaian penyakit mematikan yang urusannya dengan kehidupan dunia saat ini saja tak dihiraukan.  

Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Barat, Landry Kusmono, mengungkap kasus HIV di Jabar mengalami lonjakan dalam tiga tahun terakhir. Landry mengatakan, di tahun 2019 kasus HIV ada 6.066 kasus. Namun, di tahun 2022 naik menjadi 8.620 kasus, tahun 2023 sebanyak 9.710 kasus, dan tahun 2024 sebanyak 10.405 kasus. Ia menambahkan, sebanyak 52.105 orang dari 1,19 juta orang yang melakukan tes HIV (2024), berasal dari kelompok lelaki seks lelaki (LSL) alias gay. Dari hasil tes menunjukkan sebanyak 3.247 pria gay positif HIV (detik.com, 27/6/2025).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun