Modalnya kecil, keuntungannya lumayan buat beli gorengan sore. Yang penting bisa ngisi pulsa tetangga yang anaknya doyan streaming video kucing.
Impian Menjelma Dropshiper
Lalu, muncul satu mimpi lagi: jadi dropshiper.
Dropshiper ini semacam mak comblang digital. Kita yang kenalin produk ke pembeli, tapi nggak perlu nyentuh barangnya sama sekali. Barang dikirim langsung dari supplier ke pembeli. Kita? Duduk manis, pegang HP, sambil ngeteh.
Saya pernah coba jual sepatu yang bahkan nggak saya punya fisiknya. Hanya bermodal foto dan deskripsi dari supplier. Ketika ada yang beli, saya tinggal forward pesanan. Praktis, cuan pun datang---tanpa perlu ngangkat dus atau kena debu gudang. Ini benar-benar bisnis rumahan gaya Gen Z.
Kenapa Bisnis Rumahan Itu Masuk Akal Banget?
Karena semuanya bisa dimulai dari rumah. Nggak perlu nyewa ruko, bayar satpam, atau pusing nyari lahan parkir. Apalagi kalau tetangga kita loyal dan doyan ngobrol, promosi mulut ke mulut itu masih yang paling jitu.
Lima alasan kenapa bisnis rumahan itu keren:
1. Modal kecil, risiko kecil. Bisa mulai dari rak bekas atau etalase pinjaman.
2. Fleksibel. Nggak perlu laporan ke atasan. Ya kecuali istri, sih.
3. Pasar sudah ada. Warga sekitar yang mager itu pasar empuk!
4. Biaya operasional minim. Listrik dan air? Sudah termasuk biaya rumah tangga.
5. Waktu keluarga tetap aman. Anak masih bisa dipeluk sambil nyusun stok barang.
Tapi Ya Gitu... Ada Tantangannya
Kelemahan utama? Keuangan campur aduk.
Pagi belanja stok sabun, siangnya uangnya sudah hilang buat beli ayam goreng. Akhirnya, catatan keuangan jadi seperti teka-teki silang. Makanya, saya dan istri bikin aturan: uang warung jangan diganggu gugat. Kalau perlu, buka rekening khusus atau celengan ayam warna pink.
Inspirasi dari Garasi