Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menabung Emas, Menguatkan Sesama di Masa Sulit

26 Juni 2025   10:07 Diperbarui: 26 Juni 2025   10:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi pengolahan sampah di kompleks bank sampah di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulteng, Rabu (6/3/2019). (KOMPAS/VIDELIS JEMALI)

Ada banyak cara untuk mencintai negeri ini. Tidak harus selalu lewat barisan aksi besar atau pidato patriotik yang membakar semangat.

Kadang, cinta pada tanah air cukup diwujudkan lewat hal sederhana: menabung emas dan menjadikannya ladang kebaikan. Di tengah gempuran era digital dan godaan konsumsi instan, menyisihkan sebagian penghasilan untuk emas menjadi bentuk kedewasaan finansial.

Tetapi, tahukah kita bahwa emas bukan hanya alat investasi atau penyimpanan nilai? Bersama Pegadaian dan program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan), emas bisa menjadi jembatan kebaikan yang menghubungkan harapan dengan kenyataan.

Banyak orang masih memandang emas sebagai lambang kekayaan dan status sosial. Semakin banyak koleksi logam mulia, semakin tinggi pula gengsi yang terpancarkan.

Namun dalam pandangan yang lebih bijak, emas justru menyimpan potensi lain: alat untuk menolong sesama saat krisis. Di sinilah nilai sejati dari emas diuji. Bukan pada kilau warnanya atau berat gramnya, tetapi pada makna sosial yang kita sematkan padanya.

Saat pandemi melanda, tidak sedikit orang yang terpuruk. Banyak keluarga kehilangan pendapatan, anak-anak terancam putus sekolah, dan akses kesehatan menjadi barang mahal. Di saat seperti inilah, emas yang selama ini kita simpan bisa menjadi penyelamat. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi orang lain. Di sinilah peran program TJSL Pegadaian hadir dan memberi makna.

Emas itu netral. Ia bisa jadi alat keserakahan, atau ladang kebaikan. Kita yang menentukan nilainya, bukan cuma dari harga per gram, tapi dari manfaat yang kita salurkan melalui emas itu. Menabung emas bukan soal siapa paling kaya, tapi siapa paling bisa memaknai hartanya untuk kebaikan.

Salah satu bentuk nyata dari kiprah Pegadaian dalam mewujudkan emas sebagai ladang kebaikan adalah ketika pasca bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang melanda Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. 

PT Pegadaian menjawab tantangan pascabencana tersebut dengan menghadirkan solusi inovatif: program mengubah sampah menjadi emas. Pada Maret 2019, dibangunlah Bank Sampah sebagai wujud nyata dari inisiatif Pegadaian dalam memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.

Program ini bukan sekadar memilah sampah menjadi emas. Di dalamnya terkandung semangat gotong royong dan kepedulian lingkungan. Lewat Program Pegadaian Bersih-Bersih, masyarakat terdorong untuk menjaga kebersihan lingkungan, menciptakan ruang hidup yang lebih sehat, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun