Menurut psikolog keluarga, Dr. Aisyah Nurmala, "Ketika keintiman fisik menurun, pasangan harus aktif membangun keintiman emosional. Kencan rutin, hobi bersama, atau saling mendukung dalam passion masing-masing bisa mengisi 'ruang kosong' itu." Â
Kisah Ratih dan Nurdin berakhir dengan perdamaian. Setelah melalui terapi dan konseling, mereka belajar bahwa menopause bukanlah penghalang, tetapi fase yang membutuhkan kreativitas dan komitmen.
"Kami seperti menemukan kembali alasan kami menikah dulu---bukan sekadar nafsu, tapi pertemanan dan rasa syukur," ujar Ratih. Â
Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkap, 1 dari 5 perceraian di Indonesia dipicu ketidakharmonisan seksual, dengan menopause menjadi faktor signifikan bagi pasangan usia 45-60 tahun.
Namun, angka ini bisa dikurangi jika masyarakat lebih terbuka membicarakan menopause sebagai bagian normal dari kehidupan. Â
Pada akhirnya, menopause mengajarkan kita bahwa cinta tidak hanya tentang membara, tetapi juga tentang kehangatan yang tetap menyala dalam kesederhanaan.
Seperti kata bijak Jawa, "Ojo rumongso biso, nanging biso rumongso"---jangan merasa bisa memahami, tetapi berusahalah untuk benar-benar memahami.
Di situlah letak rahasia keintiman yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI