Netflix, misalnya, kembali dihadapkan pada narasi lama bahwa "film streaming tidak layak diperhitungkan"---meski platform itu konsisten menghasilkan karya-karya brilian. Â
Apa arti semua ini bagi masa depan Oscar? Ketika narasi menjadi raja, ada risiko bahwa penghargaan tertinggi di dunia film ini akan kehilangan esensinya: apresiasi terhadap seni peran, penyutradaraan, dan penulisan.Â
Oscar bukan lagi tentang film terbaik, melainkan tentang kisah terbaik tentang sebuah film. Anora mungkin akan diingat sebagai pemenang yang berhasil memanfaatkan gelombang simpati, sementara Emilia Prez menjadi korban dari lingkaran berita yang tak kenal ampun. Â
Di balik glamor pesta dan piala emas, Oscar 2024/25 mengajarkan satu hal: dalam dunia yang semakin terhubung, setiap cerita---entah itu fiksi di layar atau drama di balik layar---memiliki kekuatan untuk mengubah takdir.Â
Persoalannya, apakah kita masih bisa membedakan mana yang seni, dan mana yang sekadar ilusi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI