2.1 Era Digital 5.0 dan Transformasi Teknologi
Era Digital 5.0 atau dikenal pula sebagai Society 5.0 merupakan kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0 yang lebih menitikberatkan pada pendekatan human-centered society, di mana teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), big data, dan Internet of Things (IoT) tidak hanya berperan sebagai alat bantu, tetapi juga terintegrasi dengan kehidupan manusia secara harmonis. Menurut Yuwono (2021), karakter utama dari era ini adalah layanan yang bersifat cerdas, personal, dan inklusif dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui teknologi.
Society 5.0 mendorong pelaku usaha untuk tidak hanya menggunakan teknologi sebagai alat produksi, tetapi juga untuk membangun model bisnis yang responsif terhadap kebutuhan konsumen secara real-time. Hal ini menciptakan peluang baru dalam sistem ekonomi digital yang berbasis inovasi dan efisiensi.
2.2 Bisnis Online dalam Konteks Ekonomi Digital
Bisnis online adalah model usaha yang seluruh aktivitasnya dilakukan melalui jaringan internet, mulai dari pemasaran hingga transaksi penjualan. Teknologi digital telah menjadi faktor utama dalam transformasi model bisnis tradisional menuju digital. Platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pelaku usaha bertransaksi tanpa batas wilayah geografis. Studi oleh Laudon dan Traver (2021) menyebutkan bahwa digitalisasi mempercepat siklus transaksi, memperluas pasar, dan menurunkan biaya distribusi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023) menambahkan bahwa penggunaan QRIS dan dompet digital telah menciptakan sistem pembayaran yang cepat dan aman, meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap bisnis online. Model bisnis digital juga membuka peluang untuk interaksi langsung antara produsen dan konsumen melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, menciptakan pemasaran berbasis komunitas dan relasi sosial.
2.3 Tantangan dan Peluang UMKM di Era Digital
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, tetapi mereka menghadapi berbagai tantangan dalam menghadapi era digital. Keterbatasan literasi digital, rendahnya akses terhadap teknologi mutakhir, dan minimnya strategi adaptasi digital menjadi hambatan yang signifikan (Kemenkop UKM, 2022). Selain itu, kompetisi pasar yang semakin global menuntut pelaku UMKM untuk berinovasi secara berkelanjutan.
Namun demikian, teknologi digital juga memberikan peluang besar bagi UMKM untuk menjangkau konsumen baru, mengefisiensikan proses bisnis, dan melakukan personalisasi produk berdasarkan data pelanggan. Inovasi digital dapat menurunkan biaya tetap dan memperluas kapasitas produksi tanpa menambah beban fisik operasional, jika diimplementasikan secara tepat dan sistematis.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hubungan positif antara pemanfaatan teknologi digital dengan kinerja bisnis. Saputra dan Yuliani (2021) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara aktif dalam strategi pemasaran berdampak signifikan terhadap peningkatan omset. Sementara itu, Putri (2022) membuktikan bahwa pemanfaatan platform e-commerce membantu pelaku UMKM meningkatkan efisiensi waktu dan biaya operasional. Penelitian-penelitian ini memperkuat argumen bahwa teknologi digital bukan sekadar alat bantu, melainkan elemen kunci dalam pengambilan keputusan dan keberhasilan bisnis online.
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengacu pada teori adopsi teknologi dan efisiensi operasional. Teknologi digital (variabel bebas) diasumsikan memiliki pengaruh langsung terhadap efisiensi operasional (variabel antara) dan pendapatan usaha (variabel terikat). Adopsi platform e-commerce, media sosial, dan sistem pembayaran digital akan meningkatkan efisiensi melalui percepatan transaksi, pengurangan biaya, dan kemudahan administrasi, yang pada akhirnya berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan pelaku usaha.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
X (Independen): Pemanfaatan teknologi digital (e-commerce, media sosial, pembayaran digital)
M (Intervening): Efisiensi operasional (kecepatan transaksi, efisiensi biaya, kemudahan administrasi)
Y (Dependen): Pendapatan usaha (omset, pelanggan, keuntungan)
Kerangka ini mengilustrasikan bahwa hubungan antara teknologi dan pendapatan tidak bersifat langsung, tetapi dimediasi oleh efisiensi proses bisnis.
2.6 Kerangka COSO Cube
Kerangka COSO Cube digunakan untuk mengevaluasi pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap kontrol dan efektivitas operasional. Model ini mencakup tiga dimensi:
Tujuan pengendalian internal: efisiensi operasional, keandalan pelaporan, dan kepatuhan hukum.
Komponen pengendalian: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
Unit organisasi: penerapan pengendalian pada seluruh level organisasi.
Dalam konteks UMKM, pendekatan COSO membantu memastikan bahwa digitalisasi bukan hanya berfokus pada peningkatan output, tetapi juga pada integritas data, tata kelola usaha, dan kepatuhan terhadap regulasi. COSO memperkuat pemanfaatan teknologi sebagai instrumen kontrol manajerial dalam meningkatkan efisiensi dan pendapatan usaha
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI