Ramadhan selalu membawa suasana yang berbeda. Ada kehangatan yang menyelimuti, ada ketenangan yang terasa lebih dalam, dan ada keinginan yang lebih kuat untuk berbagi. Bulan ini bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberikan sesuatu bagi orang lain. Saya selalu percaya bahwa berbagi di bulan Ramadhan bukan hanya menguntungkan mereka yang menerima, tetapi juga memberikan kebahagiaan bagi mereka yang memberi.
Salah satu momen berbagi yang paling membekas dalam hidup saya terjadi beberapa tahun lalu. Saya dan beberapa teman memutuskan untuk mengumpulkan donasi dan membagikan makanan berbuka kepada para pekerja jalanan, seperti tukang becak, pemulung, dan petugas kebersihan. Awalnya, kami hanya ingin sekadar berbagi makanan, tetapi reaksi mereka yang menerima justru mengajarkan kami makna yang lebih dalam. Saya masih ingat senyum seorang bapak tua yang menerima sebungkus nasi dan air mineral dari kami. Dengan mata berbinar, ia mengucapkan doa panjang yang begitu tulus.
Saat itu saya sadar, berbagi bukan hanya tentang memberikan materi, tetapi juga tentang menghadirkan kebahagiaan di hati orang lain. Sering kali kita menganggap sesuatu yang kita miliki adalah hal biasa, padahal bagi orang lain, itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga. Sebungkus nasi mungkin terlihat sederhana, tetapi bagi mereka yang kesulitan mendapatkan makanan, itu adalah anugerah.
Sejak pengalaman itu, saya berusaha untuk selalu mencari cara lain untuk berbagi selama Ramadhan. Salah satu kegiatan yang saya lakukan adalah mengunjungi panti jompo bersama beberapa teman. Banyak dari mereka yang tinggal di sana sudah tidak memiliki keluarga atau jarang dikunjungi oleh orang terdekat. Kami tidak membawa banyak, hanya beberapa bingkisan sederhana dan makanan kecil untuk berbuka. Namun, yang paling berarti bagi mereka bukanlah apa yang kami bawa, tetapi waktu yang kami luangkan untuk mendengarkan cerita mereka.
Berbagi berkah di bulan Ramadhan juga tidak harus dalam bentuk materi. Ada kalanya, berbagi tenaga dan waktu jauh lebih berharga. Saya pernah mengikuti kegiatan sahur on the road, di mana kami membagikan makanan sahur kepada mereka yang masih bekerja di tengah malam. Saat itu, saya bertemu dengan seorang petugas kebersihan yang sudah bekerja sejak dini hari tanpa sempat makan sahur. Ia tersenyum lebar saat menerima makanan dari kami, dan itu menjadi salah satu momen yang membuat saya benar-benar merasa bersyukur.
Saya juga mulai membiasakan diri untuk berbagi dalam lingkup yang lebih kecil, seperti di lingkungan sekitar rumah. Setiap Ramadhan, saya dan keluarga selalu berusaha menyediakan takjil di depan rumah untuk siapa saja yang membutuhkan. Kadang, yang mampir hanyalah anak-anak kecil yang sedang bermain, atau orang-orang yang kebetulan lewat. Namun, melihat mereka menikmati makanan yang kami sediakan memberikan kebahagiaan tersendiri.
Ada satu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Suatu sore, seorang ibu dengan dua anak kecil mampir ke tempat takjil kami. Mereka tampak ragu-ragu, seperti tidak terbiasa menerima bantuan. Setelah kami berbincang sebentar, barulah saya tahu bahwa mereka sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halaman dengan uang yang sangat terbatas. Takjil sederhana itu mungkin tidak banyak, tetapi cukup untuk membuat mereka bisa berbuka di perjalanan dengan sedikit kenyamanan.
Berbagi di bulan Ramadhan juga bisa dilakukan dengan cara yang lebih kreatif. Saya pernah mencoba mengajak beberapa teman untuk mengajar anak-anak di lingkungan yang kurang mampu. Kami mengajari mereka membaca, berhitung, dan mengenalkan mereka pada cerita-cerita inspiratif. Ternyata, berbagi ilmu juga bisa menjadi cara untuk memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
Terkadang, berbagi tidak harus selalu terlihat besar atau terorganisir. Saya pernah berada dalam situasi di mana saya hanya bisa membantu seseorang dengan cara yang sangat sederhana---membantu membawakan barang belanjaan seorang ibu tua, membukakan pintu bagi seseorang yang membawa barang berat, atau sekadar memberikan senyuman dan sapaan ramah kepada orang asing. Hal-hal kecil ini mungkin tampak remeh, tetapi bisa memberi dampak yang besar bagi orang lain.
Berbagi berkah Ramadhan juga mengajarkan saya tentang pentingnya keikhlasan. Saya pernah merasa bahwa apa yang saya berikan tidak cukup besar atau berarti. Namun, saya belajar bahwa berbagi bukan tentang seberapa besar yang kita berikan, tetapi tentang ketulusan di baliknya. Bahkan sesuatu yang kecil, jika diberikan dengan hati yang ikhlas, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.