Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Gentle Parenting terhadap Perkembangan Kognitif dan Sosial Anak

27 Februari 2025   13:24 Diperbarui: 27 Februari 2025   13:24 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dan orang tua (Sumber: Rifka Hayati via istockphoto)

Gentle parenting adalah pendekatan pengasuhan yang menekankan empati, komunikasi yang terbuka, serta disiplin yang bersifat mendukung daripada menghukum. Dalam beberapa tahun terakhir, metode ini semakin banyak diterapkan oleh orang tua karena dianggap lebih efektif dalam membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Selain berperan dalam membentuk regulasi emosi anak, gentle parenting juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan kognitif dan sosial mereka.

Perkembangan kognitif anak mencakup berbagai aspek, termasuk kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan memahami konsep abstrak. Sementara itu, perkembangan sosial melibatkan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain, membangun hubungan yang sehat, serta memahami norma dan nilai sosial. Kedua aspek ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana anak tumbuh, termasuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.

Penelitian yang dilakukan oleh Landry et al. (2006) menemukan bahwa anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang responsif dan penuh kehangatan menunjukkan perkembangan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang mengalami pola asuh yang kurang mendukung. Responsivitas orang tua terhadap kebutuhan anak, seperti menjawab pertanyaan mereka dengan sabar dan memberikan stimulasi kognitif yang sesuai, berkontribusi besar terhadap perkembangan otak anak.

Gentle parenting juga membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis anak. Ketika anak tidak hanya diberikan perintah tanpa penjelasan, tetapi juga diajak berdiskusi dan diberikan alasan di balik aturan yang diterapkan, mereka lebih mampu memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Studi oleh Baumrind (1991) menunjukkan bahwa anak-anak yang diasuh dengan pendekatan demokratis---yang mirip dengan gentle parenting---memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dan mampu mengambil keputusan yang lebih bijaksana dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam pola asuh otoriter.

Selain itu, interaksi yang positif antara orang tua dan anak dalam gentle parenting menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa dan komunikasi anak. Studi oleh Hart dan Risley (1995) menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan interaksi verbal memiliki kosakata yang lebih luas dan kemampuan komunikasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami interaksi terbatas.

Dalam hal perkembangan sosial, gentle parenting memainkan peran besar dalam membantu anak membangun empati dan keterampilan sosial yang baik. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dihargai pendapatnya cenderung lebih mudah memahami perasaan orang lain dan berinteraksi dengan cara yang lebih positif. Studi Eisenberg et al. (2006) menunjukkan bahwa anak-anak yang diasuh dengan pendekatan suportif lebih cenderung memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dan menunjukkan perilaku prososial, seperti berbagi dan menolong orang lain.

Kepercayaan diri anak juga berkembang lebih baik dalam pola asuh gentle parenting. Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka lebih mungkin untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri. Sebuah penelitian oleh Sroufe et al. (2005) mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki keterikatan yang aman dengan orang tua mereka sejak usia dini lebih cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta mampu menjalin hubungan sosial yang sehat.

Salah satu keunggulan utama gentle parenting adalah kemampuannya dalam mengajarkan anak cara menyelesaikan konflik secara konstruktif. Alih-alih menggunakan hukuman atau ancaman, orang tua yang menerapkan gentle parenting mengajarkan anak untuk bernegosiasi, memahami perspektif orang lain, dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak. Penelitian yang dilakukan oleh Kochanska et al. (2001) menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung cenderung lebih baik dalam mengatasi konflik tanpa menggunakan agresi.

Keterampilan sosial yang kuat sangat penting dalam kehidupan anak, terutama ketika mereka mulai bersekolah dan berinteraksi dengan teman sebaya. Anak-anak yang mengalami pola asuh gentle parenting cenderung lebih mudah beradaptasi di lingkungan sekolah karena mereka telah terbiasa dengan komunikasi yang baik dan memiliki kontrol diri yang lebih baik. Studi Ladd et al. (1999) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik lebih mungkin memiliki pengalaman positif di sekolah dan lebih jarang mengalami masalah perilaku.

Gentle parenting juga membantu mengurangi risiko anak mengalami gangguan perilaku dan agresi. Ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh dukungan emosional, mereka lebih mampu mengelola kemarahan dan frustrasi mereka dengan cara yang sehat. Penelitian oleh Patterson et al. (1992) menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mendapatkan hukuman fisik atau verbal dari orang tua mereka lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif dan memiliki kesulitan dalam mengontrol emosi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun