bersilir-silir angin memairi malam
menyusuri pori-pori yang basah
setelah bertikai dengan hujan
lantas di kaki-kaki cuaca
kita dipertontonkan sebuah almanak yang teramat usang
tentang hikayat-hikayat lampau
bahwa dahulu hujan hanyalah sebuah derai bahagia
dari beranjaknya kemarau yang telah menguras peluh kita
dan kini berbeda, siklus-siklus berantakan
sebab kita berada pada gradasi hari yang asing
di mana catatan musim tak lagi terbaca
anomali diorama pedesaan
terpampang di beranda kita
terjerat dalam perluasan lahan
dan keserakahan tangan-tangan kuasa
sehingga kita hanya bisa melihat
tanah-tanah kering yang dibenam banyak genangan
juga pohon-pohon kuyup yang didera kehausan
Namun, meski semua kearifan nyaris tinggal cerita
setidaknya kita masih menyimpannya
dalam beragam perkamen asa
bahwa suatu saat benih-benih harapan
akan tumbuh menjulang
di antara semaian air mata dan doa
Angsana, 28 Januari 2020