Mohon tunggu...
Ikfina Lala
Ikfina Lala Mohon Tunggu... Mahasiswa

Perkenalkan, saya Ikfina Izzatul Laily, biasa dipanggil Lala. Saya adalah mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN "Veteran" Yogyakarta, saat ini sedang menempuh semester 4 menuju 5. Saya memiliki minat besar dalam membaca dan mencoba hal-hal baru. Dunia pengetahuan dan pengalaman selalu menarik perhatian saya, saya suka mengeksplorasi hal-hal yang belum saya ketahui karena menurut saya, proses belajar tidak pernah ada habisnya. Orang-orang di sekitar saya mengenal saya sebagai pribadi yang cheerful, terbuka, dan penuh semangat. Saya senang berinteraksi, suka beradaptasi, dan selalu siap menerima tantangan baru yang bisa mengembangkan potensi diri saya ke arah yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bertani di Atas Atap : Solusi Anak Muda Menghadapi Krisis Pangan Kota

25 Juni 2025   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2025   14:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidroponik di Atap / Pinterest

Siapa bilang bertani harus di sawah yang luas dan terhampar di desa? Di tengah padatnya kota seperti Jakarta, Surabaya, atau Yogyakarta, banyak anak muda justru membawa semangat baru dalam dunia pertanian. Mereka tak lagi melihat keterbatasan lahan sebagai penghalang, melainkan sebagai tantangan yang bisa dijawab dengan kreativitas. Salah satu inovasi yang sedang berkembang adalah mengubah atap-atap gedung menjadi kebun sayur yang subur. Tidak hanya memperindah pemandangan kota, tetapi juga menghasilkan sayuran segar yang bisa langsung dikonsumsi dan bahkan dijual. Bayangkan saja, ketika naik ke lantai paling atas sebuah gedung perkantoran atau apartemen, bukan pemandangan kosong atau deretan mesin AC yang terlihat, melainkan hamparan tanaman hijau seperti kangkung, selada, dan tomat yang tumbuh rapi dan terawat. Suasana menjadi lebih sejuk, asri, dan menenangkan. Inilah wajah baru pertanian di kota yang sedang digerakkan oleh tangan-tangan muda yang penuh semangat dan ide-ide segar.

Permasalahan kota besar saat ini sangat nyata yaitu pertumbuhan penduduk yang cepat, lahan hijau yang makin menyempit, dan alih fungsi sawah menjadi pemukiman atau kawasan industri yang terus terjadi setiap tahun. Di sisi lain, kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat juga semakin tinggi. Mereka mulai mencari sayuran segar yang bebas pestisida dan bisa dipastikan kualitasnya. Di sinilah urban farming hadir sebagai jawaban. Anak muda memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti hidroponik dan aeroponik, yang memungkinkan tanaman tumbuh tanpa tanah dan bisa dilakukan di lahan sempit seperti atap atau balkon. Lebih dari sekadar hobi, kegiatan ini sudah banyak yang berkembang menjadi usaha. Dengan bantuan teknologi, mereka bisa memantau kelembapan, suhu, dan kebutuhan air tanaman melalui gawai. Bahkan, penyiraman bisa dilakukan otomatis. Tak sedikit dari mereka yang juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan hasil panennya baik untuk dijual, dibagikan, atau sekadar menginspirasi orang lain agar mencoba bertani di rumah. Foto-foto hasil panen yang menarik dan video proses tanam seringkali menjadi magnet bagi pengikut mereka.

Tentu, jalan yang mereka tempuh tidak selalu mulus. Tantangan seperti cuaca yang tidak menentu, serangan hama, hingga keterbatasan modal awal sering kali menjadi hambatan. Tapi mereka tidak menyerah. Mereka justru saling terhubung dalam komunitas, berbagi ilmu, saling tukar bibit, hingga menjalankan sistem urunan atau crowdfunding untuk modal usaha. Semangat gotong royong dan keinginan untuk terus belajar menjadi modal utama yang tidak kalah penting.

Potensi pertanian di atap kota ini sangat besar, apalagi Indonesia memiliki iklim tropis yang mendukung pertumbuhan tanaman hampir sepanjang tahun. Jika setiap gedung tinggi di kota besar memiliki kebun atap, maka kita tidak hanya berbicara tentang ketahanan pangan, tetapi juga soal menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan. Bayangkan jika restoran bisa mengambil bahan segar dari atapnya sendiri, atau jika penghuni apartemen punya fasilitas kebun yang bisa mereka rawat bersama. Selain menambah nilai hunian, hal ini juga mempererat hubungan sosial di lingkungan perkotaan. Bertani di atap gedung bukan lagi sekadar mimpi atau hal yang aneh. Kini, itu bisa menjadi pekerjaan yang menjanjikan, sekaligus cara hidup yang sehat dan ramah lingkungan. Yang dibutuhkan sekarang adalah dukungan dari berbagai pihak pemerintah dengan aturan yang mempermudah, swasta dengan pembukaan akses modal dan pasar, serta masyarakat dengan apresiasi terhadap produk lokal yang sehat dan berkelanjutan.

Jadi, jika suatu hari kamu bertemu seseorang yang berkata, β€œAku petani, tapi di atap gedung,” jangan terkejut. Karena justru merekalah yang sedang membawa arah baru dalam dunia pertanian Indonesia lebih pintar, lebih kreatif, dan lebih siap menjawab tantangan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun