Jangan kau kira langit akan selalu menyapamu;
ketika engkau menabur dingin pada hati yang percaya.
Ada waktu yang mengukur setiap sisi angkuhmu
diamnya bukan lupa, melainkan persiapan badai.
Dengar: tangan yang tega menorehkan luka tak akan bebas,
waktu menulis hukumnya di halaman yang tak kau baca.
Setiap kata yang kau lempar sebagai penghinaan
akan kembali sebagai sunyi di ruangmu sendiri.
Kau kira tinggi hati itu perisai dari penyesalan?
Tuhan butuh sedikit waktu untuk menunggu permainanmu usai.
Mereka yang kau buang akan hidup dengan pelan namun pasti,
seperti bara yang merangkak, tidak berteriak tetapi membakar.
Kelak, saat senyummu memerlukan cermin,
cermin itu akan memantulkan sepi yang kau rawat sendiri.
Jangan salahkan angin bila ia menutup pintumu
kau sendiri yang menabur pedih pada hati yang tulus.
Dan ketika topengmu jatuh, jangan harap ada tangan yang menolong;
kau akan menemukan kerajaanmu sunyi
itu hanya gema dari perbuatanmu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI